Home Ads

Rabu, 03 Januari 2018

Review Novel Saga No Gabai Bachan, Yoshichi Shimada

Judul Buku: Saga No Gabai Bachan
Penulis: Yoshichi Shimada
Penerbit: Kansha Books
Tahun Terbit: 2011
Genre: Fiksi
Jumlah Halaman: 245

Nama Pereview: Rima Juwitasari


Saga No Gabai Bachan atau yang diterjemahkan ke dalam Bahasa menjadi Nenek Hebat dari Saga merupakan sepenggal kisah masa kecil penulis, Yoshichi Shimada, yang kala itu lebih akrab dipanggil dengan Akihiro Tokunaga. Kisah dalam buku ini dibuka oleh cerita dengan sub-judul 'Dorongan dari Ibu'--yang memang harus kita pahami secara harfiah. Semua berawal dari ibu Akihiro yang mendorong Akihiro ke dalam kereta yang sedang dalam posisi siap melaju di mana di dalamnya sudah ada bibi Akihiro yang sudah siap menangkap bocah malang tersebut. Ibu dan bibi Akihiro sebelumnya sudah bersekongkol untuk mengikutsertakan Akihiro dalam perjalanan kereta yang menuju Saga itu. Tragedi ini semata-mata harus terjadi karena ibu Akihiro sebagai orangtua tunggal tidak sanggup merawat kedua anakknya sekaligus. Ayah Akihiro tewas terkena radiasi bom nuklir yang meledak di Hiroshima sepekan lalu. Maka dari itu, Akihiro terpaksa harus dititipkan ke neneknya di Saga, daerah yang lebih kecil dari Hiroshima.

Dunia Akihiro serasa runtuh ketika pertama kali ia melihat rumah yang akan ia tinggali bersama neneknya di Saga. Neneknya tinggal di sebuah rumah reyot yang tampak menyatu dengan rumpun papas yang tumbuh subur di sekelilingnya. Akihiro pikir level kehidupannya mengalami penurunan, dari miskin menjadi lebih miskin.

Meskipun begitu, nenek Akihiro yang bernama Nenek Osana itu sudah begitu terlatih menjalani kehidupan miskinnya. Banyak hal-hal ajaib yang tak pernah terlintas di pikiran orang-orang dengan ekonomi tingkat menengah ke atas yang selalu dilakukan Nenek Osana setiap harinya. Seperti contoh ketika ia pulang pergi bekerja, ia selalu mengikatkan tali yang ujungnya ia ikatkan pada sebuah magnet. Dan begini jawab Nenek Osana ketika ditanya oleh Akihiro apa yang sedang ia lakukan: "Sungguh sayang kalau kita sekedar berjalan. Padahal kalau kita berjalan sambil menarik magnet, lihat, begini menguntungkannya" (hlm. 41). Rupanya magnet yang ia tarik ketika berjalan pulang pergi bekerja menarik serta paku-paku dan sampah logam lain yang jika dijual tentu menghasilkan uang.

Akihiro menjalani hari-harinya bersama Nenek Osana dengan berbagai macam kesederhanaan yang tentunya karena dipaksa oleh kemiskinan. Namun Akihiro mampu bertahan berkat ilmu-ilmu melawan kemiskinan yang diajarkan neneknya.

Buku ini sebenarnya sudah semenjak lama ada di rak buku saya, namun entah kenapa selalu gagal menarik perhatian saya untuk segera membacanya. Mungkin karena tampilan covernya yang kurang menarik dan terlihat begitu cliche: hal hebat apa, sih, yang mungkin ada di hubungan nenek-cucu, paling hanya begitu-begitu saja, pikir saya kala itu. Namun karena ada Kejadian Luar Biasa, akhirnya saya baca juga buku ini. Di luar perkiraan, buku ini sangat menarik dan menghibur. Bahasa yang digunakan penulis sangat ringan dan mudah dipahami, cocok untuk bacaan anak. Banyak hal di sana sini di dalam buku ini yang berhasil menarik tawa saya karena penulis memang sering menyisipkan beberapa lelucon dalam kisahnya ini.

Ada beberapa hal dalam buku yang membekas di ingatan saya dan meninggalkan kesan yang begitu baik bahwa masih ada orang-orang yang peduli pada sesamanya. Salah satunya yaitu ketika seorang tukang tahu keliling menghancurkan tahunya dengan sengaja agar bisa dibeli oleh Nenek Osana. Karena keterbatasan uang, sesuai persetujuan penjual, Nenek Osana boleh membeli tahu yang bentuknya sudah rusak dengan harga setengah harga normal. Dan pada suatu hari, Akihiro diminta membelikan tahu seperti biasa. Namun saat itu semua tahu masih dalam keadaan sempurna. Lalu si penjual tahu secara diam-diam sengaja merusak tahunya agar bisa dibeli oleh Akihiro. Sungguh suatu adegan yang sederhana namun sangat mengharukan dan meninggalkan bekas yang sangat baik di hati dan pikiran saya. Seperti yang selalu diucapkan oleh Nenek Osana bahwa kebaikan sejati dan tulus adalah kebaikan yang dilakukan tanpa diketahui orang yang menerima kebaikan dan kejadian tahu ini bisa menjadi salah satu contohnya.

Terlepas dari hal-hal baik, buku ini juga memiliki kekurangan. Cerita garis besarnya sudah bisa ditebak dari awal dan merupakan bukan cerita yang baru. Terjemahan pada buku ini sudah cukup baik walaupun ada beberapa kali dijumpai kalimat yang ambigu sehingga harus dibaca ulang untuk bisa memahami maksudnya. Buku ini cocok untuk dibaca anak-anak sampai dewasa, untuk orang-orang yang menjalani kemiskinan dengan muram dan untuk orang-orang yang suka kurang bersyukur. Dari nilai 5 bintang, saya kasih 4,5.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PerempuanMembaca

Semua penulis di sini adalah perempuan yang menyempatkan waktu untuk membaca, budaya yang hampir punah ditelan oleh kesibukan, budaya yang hampir punah tergantikan oleh membaca status sosmed atau berita versi digital. Kami merindukan aroma buku, kami merindukan rehat dan bergelut dengan buku sambi menikmati secangkir teh atau kopi.




Cara Gabung Komunitas

Cara Gabung Komunitas

Cari

Hubungi Kami

Nama

Email *

Pesan *