Home Ads

Rabu, 30 September 2020

Resensi Buku Bajak Laut Dari Blackbeard Hingga Perompak Somalia, Brenda Ralph Lewis



Judul buku: The Pirates Code From Honourable Thieves To Modern May Villains (Bajak Laut Dari Blackbeard Hingga Perompak Somalia)

Penulis: Brenda Ralph Lewis

Penerbit: Elex media komputindo

Tahun terbit: 2017

Genre: Social Science / History

Alih bahasa: Desi Natalia

Peresensi: Aida Mujib

 

Banyak dari kita mungkin familiar dengan bajak laut. Disney Junior punya "Captain Jake and the Never Land Pirates" yang mengisahkan petualangan Jake dan sekelompok bajak laut muda saat melawan Kapten Hook dan Mr. Smee untuk mendapatkan harta karun. Ada juga Long John Silver yang memulai debutnya dalam novel Robert Louis Stevenson "Treasure Island" sebelum muncul dalam serial "Black Sails". Kerap terlihat dengan burung beo di bahunya, Long John Silver adalah karakter yang muncul berulang dalam budaya pop, seperti film "Treasure Island" di 1950 yang dimainkan oleh aktor Robert Newton. Namun bajak laut paling terkenal bisa jadi adalah Johnny Depp sebagai Kapten Jack Sparrow dalam "Pirates of the Caribbean", film yang sukses sejak 2003-an.

 

Terlepas dari apa yang mungkin dilukiskan buku cerita dan film bajak laut yang tak terhitung jumlahnya, tidak pernah ada buku sebelumnya yang khusus menceritakan tentang Kode Bajak Laut Universal yang dianut the merry and means people ini dalam sejarah pelayaran. Faktanya, ada banyak “kode” bajak laut. Namun, untuk menggambarkannya bukanlah tugas yang mudah.  The Pirate Code adalah buku pertama yang menyatukan ribuan tahun tradisi bajak laut dengan cara yang elegan. Mencatat aturan dan realitas kehidupan kapal bajak laut selama berabad-abad, Brenda Ralph Lewis mengeksplorasi apa arti sebenarnya dari "kehormatan di antara pencuri" —baik untuk para bajak laut di Aegean kuno, Brethren of the Coast abad ketujuh belas yang menginspirasi para Bajak Laut Karibia, dan bajak laut modern di Samudra Hindia serta Laut Cina Selatan.

 

Bagi pembaca sejarah yang menyukai metode sistematis, buku ini mungkin kurang disukai karena kurang jelas apakah menjelaskan sejarah bajak laut atau sejarah hukum/kode bajak laut.  Runtutan kejadiannya juga melompat dari milenium pertama SM ke abad 18 kemudian kembali ke abad 17 dan dari waktu ke waktu, menyinggung hal-hal yang terjadi sebelumnya, tetapi juga hal-hal yang terjadi setelahnya. Di sisi lain, buku ini menjadi pengantar yang menyenangkan untuk topik pembajakan di laut. Ilustrasinya sangat menarik dan mudah dinikmati, meski tidak bisa dijadikan sebagai satu-satunya sumber informasi soal bajak laut.

 

Menurut Brenda Lewis, pembajakan laut dianggap sebagai salah satu kejahatan kejam yang sudah ada sejak zaman kuno hingga hari ini. Kata pembajakan sendiri berarti menaiki dan menjarah kapal di laut. Tapi, sebagian besar bajak laut tidak berhenti di sana. Pembajakan laut menjadi kejahatan terorganisir yang dilakukan sekelompok orang menggunakan kapal layar untuk datang merampok, menjarah, membakar, dan menyiksa para tawanan mereka. Reputasi bajak laut mampu membuat sebuah kota tunduk dan takluk kepada kekuasaan mereka. Malah ada penguasa yang menggunakan bajak laut untuk menjaga dan meluaskan daerah kekuasaannya.

 

Tak hanya di laut, perampasan juga terjadi di darat. Tinggal di dekat pantai memberi kerentanan tersendiri. Kota-kota pantai seringkali membangun pagar runcing atau dinding beton, berharap agar bajak laut tidak bisa masuk. Mereka tidak selalu berhasil sehingga kadang membuat penduduk kota-kota tersebut kemudian meninggalkan rumah mereka begitu saja dan pindah ke daerah pedalaman, sejauh mungkin dari para perompak.

 

Contoh pembajakan di darat adalah yang dilakukan oleh bangsa Viking dari Skandinavia pada abad ke-8 masehi. Viking yang menakutkan, menghabisi lawan mereka dengan kejam sehingga menimbulkan banyak kepanikan dan teror. Tempat paling terkenal bagi sebagian besar legenda pembajakan terletak di Kerajaan Spanyol di Amerika. Kemudian di Karibia, membentang dari Meksiko hingga ujung Amerika Selatan adalah daerah perburuan Henry Morgan, Edward Teach, Bartholomew Roberts dan Benjamin Shark; mereka adalah bajak laut paling terkenal sepanjang masa.

 

Para bajak laut di kepulauan Karibia dikenal dengan nama buccaneer yang diambil dari kata Perancis bouccan -alat pemanggang yang digunakan untuk memasak dan mengasapi daging; yang biasa digunakan para perampok tersebut. Selain itu ada juga para pembajak semi legal yaitu para kapten kapal yang membawa Letter of Marque and Reprisal dari pemerintah Inggris dan Perancis. Dokumen itu memberi izin para privateer untuk menangkap dan menjarah kapal atas nama pemerintah yang mempekerjakan mereka. Para bajak laut ini biasanya serakah, mereka tak segan menculik tawanan untuk mendapat uang tebusan.

 

Walaupun begitu para bajak laut merancang sebuah bentuk kontrak dan perjanjian yang tidak dikenal di tempat lain di manapun juga di abad ke 17 dan 18. Dengan menandatangani kode bajak laut yang dikenal sebagai artikel argumen atau adat pantai, bajak laut berjanji untuk membagi rata hasil jarahan mereka sampai memberikan kompensasi bagi rekan yang terluka atau cacat. Kode tersebut juga memastikan adanya pengambilan keputusan bersama mengenai Kemana mereka akan berburu selanjutnya dan perlunya memberhentikan kapten-kapten yang dianggap tidak memuaskan orang banyak; atau meninggalkan bajak laut yang kerap menimbulkan masalah di pantai. Kebebasan berpikir dan bertindak demokratis semacam itu terlihat kontras dengan selentingan keganasan mereka.

 

Ada 8 bab dalam buku ini yang membahas bagaimana sepak terjang bajak laut menguasai perairan Mediterania pada zaman kuno hingga perompak Somalia yang terjadi belum lama ini. Dibahas juga tentang berbagai usaha untuk menumpas mereka yang dilakukan sejak Firaun Ramses III dari Mesir di abad 12 SM sampai usaha Angkatan Laut Amerika dan Angkatan Bersenjata lainnya yang berusaha menangkap para perompak dan mengamankan perairan dari kejahatan mereka.

 

Akhir dari pembajakan di laut terjadi melalui inisiatif kerajaan-kerajaan di Eropa yang tidak mau membiarkan para bajak laut membuat lautan dan samudra menjadi tempat yang berbahaya terutama bagi ekspedisi ekonomi mereka. Namun, seperti yang sudah-sudah, keberhasilan ini hanya sementara. Bajak laut modern muncul kembali di Timur setelah Perang Dunia II dan lebih terorganisis serta canggih dalam hal teknologi. Kepala bajak laut teranyar di masa ini mungkin jauh tersembunyi identitasnya dan tidak seflamboyan Morgan atau Blackbeard, namun mereka berasal dari rangkaian kisah yang sama dan saat ini sepertinya mereka akan membawa kisah itu jauh ke masa depan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PerempuanMembaca

Semua penulis di sini adalah perempuan yang menyempatkan waktu untuk membaca, budaya yang hampir punah ditelan oleh kesibukan, budaya yang hampir punah tergantikan oleh membaca status sosmed atau berita versi digital. Kami merindukan aroma buku, kami merindukan rehat dan bergelut dengan buku sambi menikmati secangkir teh atau kopi.




Cara Gabung Komunitas

Cara Gabung Komunitas

Cari

Hubungi Kami

Nama

Email *

Pesan *