Home Ads

Rabu, 23 September 2020

Resensi Buku Coret-Coret di Toilet, Eka Kurniawan


Judul: Coret-coret di Toilet
Penulis: Eka Kurniawan
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama 
Tahun terbit: 2019
Jumlah halaman: 125
Genre: Fiksi
Peresensi: Iyom Alexandria

Siapa pun senang mencoret-coret di dinding atau tembok mulai anak kecil hingga orang dewasa dengan berbagai motif dan tujuan. Anak kecil mencoret berupa gambar-gambar yang absurd, orang dewasa tak kalah absurdnya ketika menulis deretan kata-kata. Eka kurniawan menggambarkan dengan apik tokoh-tokoh seperti apa saja yang kiranya menulis di dinding toilet kampus. 

Pertama kali saya membaca judul dari kumpulan cerpen Coret-coret di toilet memori saya teringat pada beberapa toilet umum seperti di terminal, stasiun dan sekolah-sekolah. Ide yang amat briliant, coretan di dinding ternyata dapat menjadi sebuah—katakanlah reformasi kecil-kecilan. 

Sebelum dunia akrab dengan dinding facebook, nyatanya jauh sebelumnya masyarakat senang menulis dan mencurahkan keluh kesah di sebuah dinding. Ironisnya makian-makian yang terjadi di media sosial kerap kali berakhir pada ujaran kebencian dan provokatif, akses di media sosial bisa terbaca oleh semua kalangan tanpa terkecuali. Berbeda ketika orang menuliskannya di dinding-dinding toilet. Jika ditulis di dinding toilet kampus misalnya, akan berbau politik. Jika berada di dinding toilet terminal akan banyak nomor telepon juga puisi-puisi yang sekenanya dibuat. Menurut saya sendiri, tulisan di dinding toilet membawa hiburan tersendiri ketika kita sedang ‘bertapa’ di dalam toilet, sambil membaca satu per satu coretan, kita mampu membayangkan makhluk ajaib seperti apa saja yang menulisnya. 

Ketika orang sudah tidak tahu lagi kemana akan menyalurkan kritikannya pada pemerintah maka mereka menulisnya di dinding-dinding. Seperti kutipan dalam cerpennya: “Aku tak percaya bapak-bapak anggota dewan, aku lebih percaya pada dinding toilet.”
 
Buku ini terdiri dari beberapa cerpen-cerpen pada periode 1999-2000an. Eka kurniawan tidak sekadar menulis cerpen, di dalamnya terdapat unsur sejarah. Saya merekomendasikan buku ini untuk dibaca dan dimiliki.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PerempuanMembaca

Semua penulis di sini adalah perempuan yang menyempatkan waktu untuk membaca, budaya yang hampir punah ditelan oleh kesibukan, budaya yang hampir punah tergantikan oleh membaca status sosmed atau berita versi digital. Kami merindukan aroma buku, kami merindukan rehat dan bergelut dengan buku sambi menikmati secangkir teh atau kopi.




Cara Gabung Komunitas

Cara Gabung Komunitas

Cari

Hubungi Kami

Nama

Email *

Pesan *