Home Ads

Minggu, 13 Februari 2022

Resensi Buku The Historian, Karya Elizabeth Kostova

 

Source: Google


Judul Buku: The Historian

Pengarang: Elizabeth Kostova

Alih Bahasa: Andang Soetopo

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama

Tahun Terbit: 2007

Jumlah Halaman: 768

Genre: Fiksi Sejarah

Nama Peresensi: Aida Mudjib


Kalau tidak banyak uang yang bisa diburu, tak seorangpun akan buru-buru mengejarnya (Helen, The Historian hal. 231)

--

The Historian dibuka pada tahun 1972, dimana seorang gadis berusia 16 tahun menemukan sebuah buku tua dan amplop yang berisi kertas-kertas yang sudah menguning di perpustakaan ayahnya, seorang diplomat America Serikat yang ditugaskan di Amsterdam. Gadis ini dibesarkan sendirian oleh ayahnya karena ibunya sudah meninggal. Namanya tidak pernah disebutkan, di buku hanya tertulis Nona. Jadi kita juga akan memanggilnya Nona. 


Nona merasa buku itu unik. Buku tua tersebut seluruh halamannya kosong, kecuali pada halaman tengah yang terdapat gambar cukilan kayu berbentuk naga dan terdapat tulisan “DRACULYA”. Sedangkan kertas-kertas yang sudah menguning itu ternyata sebuah surat-surat pribadi bertanggal 12 Desember 1930 yang ditujukan kepada “Penerusku yang baik dan tidak beruntung”


Ketika Nona bertanya pada ayahnya, Paul, mengenai temuannya itu, barulah ayahnya bercerita bahwa pada saat Paul masih menjadi mahasiswa S2 jurusan sejarah di Amerika, malam hari ketika ia sedang membaca di perpustakaan universitas, tiba-tiba seseorang telah meninggalkan sebuah buku kuno di antara buku-buku yang sedang dibacanya. Buku kuno yang di tengah halamannya bergambar naga dan bertuliskan Drakulya. Detail dan kondisi buku ini membuat penasaran Paul sebagai seorang sejarawan dan ia menceritakan penemuannya itu pada dosen pembimbingnya, Prof. Bartholomew Rossi.


Ternyata Prof. Rossi juga memiliki buku yang serupa dengan cara yang misterius pula. Sama seperti Paul, buku ini menimbulkan obsesi yang besar bagi Rossi untuk memperoleh keterangan mendalam mengenai asal-usul buku itu dan mencari tahu sosok tokoh sejarah Dracula atau Vlad Tepes. Tidak tanggung-tanggung, Prof. Rossi melacak jejak Dracula hingga ke Turki dan pelosok-pelosok Rumania hingga ia mengalami banyak kejadian aneh. Prof. Rossi memberikan semua hasil temuannya yang berupa manuskrip, peta dan surat-surat kepada Paul. Sayangnya, sebelum Paul dan Rossi melakukan riset lebih jauh, tiba-tiba Prof. Rossi menghilang dengan meninggalkan bercak darah di kamarnya. Paul berpendapat ada dua kemungkinan ke mana hilangnya Prof. Rossi, ia pergi mencari letak kuburan Dracula atau diculik oleh Dracula.


Berdasarkan surat-surat dan peta yang diterimanya dari Prof. Rossi, Paul mencari keberadaan Prof. Rossi dibantu Helen, anak darinya. Mereka berdua pun berpetualang menelusuri kembali langkah Prof. Rossi melakukan risetnya mencari jejak kehidupan Drakula. 


Novel ini menggunakan sudut pandang orang pertama dari tiga tokoh yaitu Prof. Rossi, Paul dan Nona. Masing-masing memiliki latar politik yang tidak sama. Ketika Profesor Rossi dan Paul berpetualang mengikuti jejak vlad Dracula, lika-liku petualangan dan perjalanan mereka secara mendetail banyak mendapatkan halangan berdasarkan situasi politik era perang dingin dan pasca kejatuhan Turki Usmani. Ketika Paul dan Helen diharuskan bepergian dari Istanbul ke Bulgaria, banyak pihak yang harus dilobi dengan memberi segepok uang agar visa mereka bisa terbit karena Paul merupakan akademisi Amerika dan Helen adalah warga Rumania yang ketika itu berada di bawah kekuasaan Soviet. Helen Rossi sebagai separuh Rumania yang besar dalam lingkungan komunis namun mengenyam pendidikan Barat memiliki  pandangan getir mengenai kekuasaan asing yang datang menguasai negara ibunya yaitu Ottoman dan juga USSR.


"Orang Slav bermigrasi ke daerah ini dari Utara pada abad ke 6 dan 7 suku Turki yang disebut Builder datang ke sini pada abad ke-7 kalau aku tidak salah mereka bergabung menentang kekuasaan ke kaisaran Bizantium dengan bijak dan penguasa mereka yang pertama adalah orang begal bernama Asparuh. Tsar Boris I mendeklarasikan Kristen sebagai agama resmi pada abad ke-9 walaupun begitu dia tetap dianggap pahlawan besar Byzantium berkuasa dari abad ke-19 sampai awal abad ke-13 lalu Bulgaria berkembang menjadi sangat kuat hingga Ottoman meremukkan mereka pada tahun 1939."

"Kapan Ottoman didepak? tanyaku tertarik. kami seperti berhadapan dengan mereka di mana-mana.

"Baru pada tahun 1878," kata Helen "Rusia membantu Bulgaria mengusir mereka,"

"Lalu Bulgaria bergabung dengan negara-negara poros dalam kedua perang dunia,"

"Ya dan tentara Soviet membawa revolusi Agung begitu perang selesai apa yang bisa kita lakukan tanpa tentara Soviet helm tersenyum sangat manis dan pahit.

"Jangan bicara keras-keras," kataku jangan bicara keras-keras kataku kalau kau tidak mau berhati-hati berarti aku harus berhati-hati untuk kita berdua "kalau kau tidak mau berhati-hati, Berarti aku harus berhati-hati untuk kita berdua." (Hal. 529)


The Historian adalah novel luar biasa yakni luar biasa tebal, salah satunya. Jika Anda bukan merupakan orang yang suka sejarah atau kegiatan meriset dokumen maka buku ini cukup sulit untuk dikhatamkan karena para tokoh-tokohnya adalah sejarawan dan kebanyakan berisi kegiatan mereka dalam menelusuri dan menelisik banyak catatan, buku, manuskrip kuno dan bangunan. Sehingga untuk beberapa orang, hal ini cukup membosankan. Selain itu, buku ini juga melampirkan surat catatan maupun manuskrip yang ditulis dengan sangat mendetail, tidak hanya kalimat atau paragraf yang dianggap penting lalu dimasukkan ke dalam percakapan. Pembaca seolah diajak untuk turut serta menelusuri catatan-catatan historis tersebut seteliti mungkin agar bisa mengikuti plot dalam buku.


Dalam buku ini tantangan yang dihadapi oleh tokoh-tokohnya tidak hanya dari birokrasi dan situasi politik namun juga dari bahaya perburuan mereka sendiri atas vlad tepes. Setelah beberapa kejadian, Paul dan Helen mendapat bantuan dari sisa-sisa Pengawal Bulan Sabit, pasukan rahasia Dinasti Usmani yang bekerja untuk memberantas vampir di Turki bentukan Sultan. Mereka juga bertemu dengan orang-orang yang juga menerima buku rahasia serupa. Semuanya adalah sejarawan dan terancam bahaya dari orang-orang yang telah digigit Dracula. Bahkan anak buah sang penghisap darah juga menggigit Helen.


Plot buku ini tidak jauh dari cerita Da Vinci Code yakni tentang adanya keturunan Yesus. Kostova juga menjadikan Helen Rossi sebagai keturunan Drakula dari pihak ibunya. Sang Patriarch -tidak seperti karangan Bram Stoker yaitu hanya semacam sosok karakter bayangan yang bersembunyi di sekitar tepi buku sehingga pembaca tidak pernah benar-benar bertemu dengannya. Para pembaca yang sabar, cerdik cendekia dan budiman akan senang mengetahui bahwa Vlad Drakulya di novel ini tidak hanya sebagai tokoh flashback abad XV namun juga muncul di masa modern. Bercakap dengan Prof. Rossi dan menyatakan apa keinginannya dengan jelas ketika menyebarkan buku Drakulya kemudian menghilang. Vlad tepeS juga muncul di final showdown ketika Nona berusaha menyelamatkan ayahnya.


The Historian ini cukup menegangkan namun tidak menakutkan untuk sebuah novel tentang pengisap darah. Semua riset terlihat sungguhan, detail lanskap tiap negara dan tempat wisata maupun sejarah yang dikunjungi Nona sebagai anak seorang diplomat ditunjukkan dengan menakjubkan. Jika dirangking sesama cerita vampir, ini jauh lebih baik dari pada Twilight series namun tidak seasyik Trilogi Originals Julie Plec atau semenarik karya Harkness dengan Discovery of witches.


Kekurangan mencolok novel ini adalah karakternya yang kurang menunjukkan variasi. Baik yang berumur 16 tahun maupun 40 tahun, semua seolah sepemahaman dalam menghadapi problem dan bersikap sama. Yang paling aneh juga karakter Prof. Rossi ketika dalam tawanan Vlad. Ia sudah digit, harus tidur dalam peti dan berusaha mempertahankan sisa kewarasan. Dalam jam-jam singkat ketika bisa mengontrol diri dan berupaya meninggalkan jejak surat tersembunyi sebelum sewaktu-waktu dibunuh, yang Prof. Rossi tulis adalah diary detail sepanjang 26 halaman, seolah ia menulis catatan perjalanan berlibur.


Agak kontradiktif dibanding pengakuan ketergesaannya, saya pikir

Dalam novel ini item klasik penolak vampir yaitu pasak, senjata perak, air suci bawang putih dan salib dikisahkan harus selalu dibawa seperti biasa kita lihat di film Hollywood ataupun drakulanya Stoker. Tambahannya adalah ketika di Istanbul, tokoh-tokoh pendamping dalam novel ini mengamankan berbagai peninggalan catatan Kesultanan Utsmani tentang drakula dengan ayat-ayat suci al-quran agar tidak dijamah oleh vampir-vampir yang menginginkan untuk menemukan Tuan mereka. Kostova dengan cantik menunjukkan bahwa Drakula tidak hanya takut kepada salib saja namun secara umum kepada simbol-simbol ketuhanan dan relik Suci agama lain juga bisa mencegah.


Cukup logis rasanya bagi muslim untuk murajaah ayat al-Quran daripada membawa Rosario umat nasrani terutama jika ketakutan Vampir datang selepas menamatkan halaman terakhir.


Aku menoleh ke belakang satu kali dari ambang pintu ke peti mati terbesar yang telah berada di sini selama hampir 500 tahun. penghuninya bisa berada di mana saja saat ini atau dalam perjalanan ke mana saja (hal. 715)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PerempuanMembaca

Semua penulis di sini adalah perempuan yang menyempatkan waktu untuk membaca, budaya yang hampir punah ditelan oleh kesibukan, budaya yang hampir punah tergantikan oleh membaca status sosmed atau berita versi digital. Kami merindukan aroma buku, kami merindukan rehat dan bergelut dengan buku sambi menikmati secangkir teh atau kopi.




Cara Gabung Komunitas

Cara Gabung Komunitas

Cari

Hubungi Kami

Nama

Email *

Pesan *