Home Ads

Rabu, 20 April 2022

Resensi Buku Pachinko, Karya Min Jin Lee

 



Judul: Pachinko

Pengarang: Lee Minji

Halaman: 484

Penerbit: Grand Central publishing New York

ISBN: 978-1-4555-6391-3

Genre: Fiksi

Peresensi: Aida Mudjib


"History has failed us, but no matter." (hal.11) 


*

Novel Pachinko adalah kisah sejarah keluarga Korea  selama abad ke-20, sepanjang empat generasi yang melalui gejolak politik penjajahan Jepang, kesulitan masa perang, mencari kehidupan baru dan lebih baik di Jepang, dan menyaksikan rumah yang mereka tinggalkan terbagi menjadi dua negara yang hampir tidak mereka kenal.


Diceritakan pada awal 1900-an, Sunja, putri  seorang nelayan lumpuh, jatuh cinta pada orang asing yang kaya raya di pantai dekat rumahnya di Korea - pembaca dipersilahkan untuk memvisualisasikan karakter ini dengan Lee Minho sesuai adaptasi novel ini ke dunia drama terbaru. Well, Sunja lalu hamil dan mendapati kekasihnya sudah menikah. Ia menolak untuk dibeli dan dibawa pergi. Sebaliknya, Sunja menerima tawaran pernikahan dari seorang pendeta yang lemah lembut dan sakit-sakitan yang lewat dalam perjalanannya ke Jepang. Keputusan Sunja untuk meninggalkan rumah dan menolak ayah biologis putranya, memicu kisah dramatis yang akan bergema dari generasi ke generasi.


Lee Minji, melalui buku ini, memaparkan tentang dinamika antara Korea dan Jepang, terutama di awal hingga pertengahan abad ke-20. Penulis menelusuri tema dan elemen sejarah ini melalui kehidupan karakternya.  Karakterisasi yang kaya dan terperinci menarik kita ke dalam kehidupan orang-orang ini. Setidaknya bagi saya, buku ini mengajari kita sejarah modern yang mungkin tidak kita sadari.


Banyak orang Korea mendapati diri mereka terpaksa pindah ke Jepang untuk mencari pekerjaan , tetapi mereka menghadapi diskriminasi dan kondisi hidup yang menjijikkan ketika mereka tiba.  Ternyata Pachinko adalah sejenis permainan arcade Jepang. Bekerja di salon Pachinko dianggap sebagai pekerjaan biasa bagi orang Korea yang ingin maju.  Banyak orang Jepang memandang rendah pekerja salon Panchinko dan mereka dianggap bajingan dan tidak jujur.


"And this is something Solomon must understand. We can be deported. We have no motherland. Life is full of things he cannot control so he must adapt. My boy has to survive."

 

Betapa sangat menarik sekaligus sangat menyedihkannya mendengar tentang apa yang dialami orang-orang ini, betapa mudahnya orang Korea dipenjara tanpa batas waktu dan tanpa pengadilan.  Setelah bertahun-tahun mengalami kesulitan dan diskriminasi lalu berusaha keras dan akhirnya mendapatkan cukup uang yang stabil, banyak yang ternyata tidak pernah bisa kembali.  Orang Korea-Jepang (bahkan generasi ketiga, keempat, kelima) ditolak kewarganegaraannya di Jepang dan sebagian besar berasal dari Korea Utara, tempat mereka tidak bisa lagi kembali dengan aman.


Ini adalah cerita fiksi dan juga kisah nyata.  Karakter fiksi yang penulis ciptakan yakni kisah mengenai Sunja yang tangguh dan pernah percaya pada cinta seorang pria yang lebih tua, hingga Noa yang tidak akan pernah pulih dari aib garis keturunannya. Lalu kisah Solomon yang masih berusaha melarikan diri dari stereotip negatif yang terkait dengan orang Korea bertahun-tahun setelah neneknya tiba di Jepang, yang merupakan kisah nyata karena sebagian besar dari buku ini adalah kenyataan bagi banyak orang Korea.


Kelemahan buku ini adalah Lee memasukkan begitu banyak peristiwa sejarah dan begitu banyak karakter dalam hampir 500 halaman — rasanya tidak pernah merasa terhubung dengan siapa pun secara khusus, bahkan dengan Sunja. Buku dimulai dengan baik hingga sekitar halaman 90 dan tetap terasa padat.  Tapi kemudian kita melompati waktu begitu cepat dan melalui begitu banyak karakter.  Homegoing-nya Yaa Gyasi melakukan hal serupa, tetapi pergeseran periode waktunya konsisten dan terkendali, dan ada pemahaman yang lebih linier dan jelas tentang bagaimana dan mengapa dia menggerakkan cerita dengan cara itu.  Di Pachinko kita berpindah dari satu karakter ke karakter lainnya selama bertahun-tahun tanpa penjelasan yang bagus.  Jadi kadang bertanya-tanya, "Bagaimana dengan karakter lain itu? Ke mana mereka pergi? Apa Alan muncul lagi?"


Abaikan itu dan Anda bisa menemukan Pachinko adalah kisah cinta, pengorbanan, ambisi, dan kesetiaan.  Dari pasar jalanan yang ramai hingga aula universitas terbaik Jepang sampai Pachinko di dunia kriminal, karakter ciptaan Lee yang kompleks dan bersemangat — wanita yang kuat dan keras kepala, saudara perempuan dan anak lelaki yang setia, ayah yang terguncang oleh krisis moral — semua bertahan dan berkembang melawan busur sejarah yang acuh tak acuh.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PerempuanMembaca

Semua penulis di sini adalah perempuan yang menyempatkan waktu untuk membaca, budaya yang hampir punah ditelan oleh kesibukan, budaya yang hampir punah tergantikan oleh membaca status sosmed atau berita versi digital. Kami merindukan aroma buku, kami merindukan rehat dan bergelut dengan buku sambi menikmati secangkir teh atau kopi.




Cara Gabung Komunitas

Cara Gabung Komunitas

Cari

Hubungi Kami

Nama

Email *

Pesan *