Home Ads

Rabu, 03 Januari 2018

Review Buku Seri Kumbang, Enid Blyton

Seri Kumbang yang Memikat Hati
Judul Buku : Seri Kumbang
Pengarang: Enid Blyton
Penerbit/Tahun terbit: Gramedia/2017
Genre: Fiksi, Children Literature
Jumlah halaman: 8 buku x @188hlm
Pereview: Nabilamunsy

Sepintas yang saya temukan di sosial media, banyak orang mengenal Enid Blyton sejak lama. Pasalnya, Blyton adalah penulis Inggris era Perang Dunia. Bagi saya yang belum pernah mengenalnya, karakter cerita era perang dunia begitu khas begitu mudah ditemukan, seperti ketika membaca Chronicle of Narnia. Tapi jangan dibayangkan Seri Kumbang ini sangat fantastis dan imajinatif seperti Narnia. Sebaliknya, karya Blyton sangat sehari-hari. Melalui cerita-ceritanya, Blyton mengajak kita untuk menjadi orang baik dan menunjukkan betapa memiliki sifat buruk itu tak pernah mendatangkan faedah.

Sepintas tentang Buku:

Disebut Seri Kumbang karena edisi aslinya disebut Hamlyn Bumblebee Books, Hamlyn adalah nama penerbitnya. Seri Kumbang edisi terjemahan Indoensia diterbitkan Gramedia pada 1985. Terus dicetak ulang hingga 2016 terbit cetakan ke sebelas dan 2017 ke dua belas. Ukurannya seperti buku Yasin, handy alias cemekel. Dalam satu set yang dibalut kotak ini, ada delapan buku. Satu buku rata-rata terdiri daru tujuh cerita. Di antaranya:
  1. Si  Babi Ungu
  2. Si Gadis Penakut
  3. Monyet Mike
  4. Tommy si Pengadu
  5. Tiga Permintaan
  6. Cermin Ajaib
  7. Gadis Kaya yang Sombong
  8. Anak dalam Cermin
Cerita Moral yang Mengasyikkan

Susah-susah gampang menciptakan cerita anak. Untuk orang dewasa yang kerap mengonsumsi drama, membuat cerita yang sederhana, fokus pada satu problem, to the point, sungguh bukan hal mudah.  Kalau anda senggang, coba lah sesekali. Ini lah kehebatan Enid Blyton, ia sangat memahami dunia dan cara berpikir anak-anak. Ia bercerita dengan cara yang sederhana, sesekali  berfantasi, sesekali realistis, dan sesekali tengil.

Enid Blyton berkali-kali memasukkan karakter kurcaci, penyihir, dan kejadian ajaib dalam ceritanya. Salah satu yang paling saya suka adalah Binky si Tukang Pinjam. Binky seorang kurcaci yang suka meminjam barang dan lali mengembalikannya. Ia membuat orang-orang jengkel. Suatu hari tetangga Binky menemui Bibi Bijaksana yang kemudian memberinya serbuk dan kalimat sihir. Seluruh barang di rumah Binky terbang ke pemilik aslinya. 

Beda lagi nuansanya dalam cerita Uang Logam Pak Trusty. Tak ada keajaiban, kisahnya sangat realistis. Suatu hari Pak Trusty si pemilik toko permen membuka lowongan kerja paruh waktu. Ia menguji satu per satu dari empat anak dengan menjatuhkan uang logam. “Cuma orang jujur yang mendapat pekerjaan,” kata Pak Trusty. Enid Blyton dengan apik memainkan dilema dalam hati anak-anak tentang memilih berbuat jujur atau tidak.

Nah, yang paling saya favoritkan adalah cerita tentang Pak Topple dan Sebutir Telur dalam buku Tiga Permintaan. Ceritanya meski dibikin 70 tahun lalu tapi zaman now banget. Kisah ini mengajarkan untuk tabayun dan turn back hoax dengan sangat runtut. Cocok untuk bekal anak-anak agar tidak termakan hoax.

Banyak sekali pelajaran moral yang bisa dipetik dari cerita-cerita Enid Blyton; manut dengan pesan orang tua, tidak ceroboh, cermat, bertanggung jawab, suka kebersihan, kreatifvitas,  tidak sombong,  meneruskan kebaikan, peduli, dan sebagainya. Menariknya juga Enid Blyton kerap menamai tokohnya dengan sifat, seperti Pak murah hati, Nona lincah, Kakek Mata Biru,  Pak Licik, Nenek Suka Pergi, dan berbagai nama unik lainnya.  Meski bagi saya, ada sedikit cara yang kurang pas, misal label jahat, bodoh, nakal.  

Sekali baca buku Seri Kumbang pasti tak bisa berhenti. Seri Kumbang membuat orang dewasa yang membacanya seperti kembali ke masa anak-anak. Sama sekali tak menggurui, tapi membekas dalam benak. Kisah-kisahnya memikat hati baik bagi anak-anak atau mungkin juga bagi Ibunya, Bapaknya, Omnya, dan Tantenya. 😃


1 komentar:

  1. Makasih reviewnya kak, saya sedang mempertimbangkan beli buku ini untuk anak saya.

    BalasHapus

PerempuanMembaca

Semua penulis di sini adalah perempuan yang menyempatkan waktu untuk membaca, budaya yang hampir punah ditelan oleh kesibukan, budaya yang hampir punah tergantikan oleh membaca status sosmed atau berita versi digital. Kami merindukan aroma buku, kami merindukan rehat dan bergelut dengan buku sambi menikmati secangkir teh atau kopi.




Cara Gabung Komunitas

Cara Gabung Komunitas

Cari

Hubungi Kami

Nama

Email *

Pesan *