Home Ads

Jumat, 24 Agustus 2018

Review Buku Aksara Amananunna, Rio Johan


Judul Buku: Aksara Amananunna
Pengarang: Rio Johan
Penerbit dan Tahun Terbit: KPG, April 2014
Jumlah Halaman: 240
Genre: Fiksi
Pe-review: Iffah Hannah
Review:

Di sebuah setting yang sangat dystopian, di masa depan pada tahun 21xx, wabah bunuh diri melanda negeri R. UU Anti Bunuh Diri yang disahkan kemudian ternyata tidak berefek apa-apa. Angka bunuh diri terus melejit serta menjadi penyebab kematian terganas mengalahkan genosida, HIV, dan penyakit kardiovaskular. Bunuh diri menjadi gaya hidup dan filosofi tentang bagaimana cara mati semakin berkemabang. Perdana Menteri negeri R, yang putus asa memikirkan cara menanggulangi wabah ini harus kecele setelah putrinya sendiri ikut serta dalam bunuh diri masal. Hingga kemudian, ia sendiri menimbang-nimbang untuk mengakhiri saja hidupnya.

"Undang-undang Anti Bunuh Diri" adalah cerpen pertama dari 12 cerpen dalam Aksara Amananunna karya Rio Johan. Buku kumpulan cerpen yang terbit 2014 lalu ini berisi kisah-kisah yang cukup mencengangkan dan beberapa bahkan membuat begidik ngeri. Ada yang ber-setting di masa depan, ada yang ber-setting di masa lalu. 

Salah satu cerpen ber-setting masa depan lagi dalam buku ini ada di cerpen kelima, tentang pemuda di Ginekopolis pada tahun 8475 yang disusupkan ke Ginekodistrik, kawasan mewah yang dikuasai kaum perempuan untuk membunuh tokoh kunci yang ternyata ibunya sendiri.

Sementara itu, cerpen kedua bercerita tentang tokoh 'aku' yang terjebak dalam komunitas sadomasokis. Awalnya tokoh tersebut hanya ingin mencari uang semata, namun lambat laun, ia tak tahan dengan pekerjaannya yang memuakkan itu. Ketika kabur dari komunitas, ia mendapati dirinya ditangkap dan dibawa kembali ke kehidupan yang ditinggalkannya. Ia seperti tak punya kuasa untuk lari.

Cerpen ketiga, mengisahkan tentang Amanunna di zaman Sumeria yang tak mengenal aksara dan bahasa, kemudian menciptakan aksaranya sendiri serta berusaha mewariskannya pada keturunannya. Sayang sekali, aksara tersebut tak berumur panjang, dan tak seperti yang dicita-citakan, anak yang digadang-gadang menjadi penerus pembawa aksara tersebut malah jatuh cinta dengan perempuan dengan bahasa berbeda lalu melupakan bahasa orang tuanya.

Dalam cerpen Kevalier d'Orange yang bersetting Perancis abad pertengahan, tokoh utamanya harus menghadapi sistem masyarakat yang begitu absurd dan tak henti mengusik perihal jenis kelaminnya. Masyarakat memaksanya menjadi lelaki kemudian menjadi perempuan, hanya berdasar asumsi-asumsi yang tidak jelas belaka. Ketika akhirnya Kevalier d'Orange ini mati demi harga dirinya, baru terbukalah identitasmya yang sebenarnya.

Cerpen keenam bercerita tentang Mubi, yang bermimpi menjadi Tuhan dan mengatur alam semesta dari dalam mimpi. Sementara cerpen ketujuh berkisah tentang buah pisang dari daerah tropis, dan perjalanannya sampai bisa tumbuh di atas tanah bersalju. 

Riwayat Benjamin, cerpen ketuju dalam buku ini mengisahkan perjalanan seorang pemuda yatim piatu yang menjadi pemuas seks bangsawan pengadopsinya pada tahun 1500-an di Eropa. Ia kemudian mati gantung diri setelah tuannya menemukan pemuda baru sebagai penggantinya dan ia sendiri terserang penyakit kelamin.

Pada cerpen kesembilan, Rio Johan menceritakan bullying yang diterima Mikhail sebagai salah seorang penghuni asrama di antara puluhan anak lainnya. 

Di cerpen kesepuluh, ada kisah tentang perekrutan pemuda di pusat kebugaran untuk diikutkan dalam gulat seksual yang cukup membuat pembaca bergidik ngeri.  

Cerpen kesebelas mengisahkan tentang kesaksian seseorang perihal hubungan Hitler, tentara Nazi, dan alien.

Sementara cerpen terakhir berkisah tentang perempuan yang terpaksa menyamar menjadi laki-laki supaya bisa bertahan hidup. Namun, perjalanan itu tak berakhir mulus. Ia menghadapi takdir mengerikan, yang membuatnya harus dijagal habis-habisan di tengah kota.

Kedua belas cerita ini memang mengisahkan tentang tokoh dan setting yang berbeda-beda, tokoh yang menghadapi hal-hal besar, mungkin jauh lebih besar dari apa yang bisa mereka hadapi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PerempuanMembaca

Semua penulis di sini adalah perempuan yang menyempatkan waktu untuk membaca, budaya yang hampir punah ditelan oleh kesibukan, budaya yang hampir punah tergantikan oleh membaca status sosmed atau berita versi digital. Kami merindukan aroma buku, kami merindukan rehat dan bergelut dengan buku sambi menikmati secangkir teh atau kopi.




Cara Gabung Komunitas

Cara Gabung Komunitas

Cari

Hubungi Kami

Nama

Email *

Pesan *