Home Ads

Minggu, 28 April 2019

Resensi Buku Wanita dalam Islam, Fatima Mernissi

Judul: Wanita dalam Islam
Penulis: Fatima Mernissi
Penerbit: Pustaka
Tahun terbit: 1994
Genre: Wacana, Islamic Literature, Nonfiksi
Peresensi: Nur Hayati Aida

Fatima Mernissi, nama ini tentu tak asing bagi penggiat isu perempuan. Ulama perempuan kelahiran Maroko ini dengan penuh kesabaran menelaah ulang hadis-hadis bernada sinis pada perempuan.

Bermula saat Fatima  mendengar sebuah hadis yang menyebutkan bahwa perempuan disejajarkan dengan anjing dan keledai. Fatima yang saat itu berumur 16 tahun terguncang batinnya. Bagaimana mungkin Nabi Muhammad, seseorang yang terkasih, mengatakan hal semacam itu?  Sengaja betul Fatima tak mengingat hadis tersebut, dengan harapan hadis itu hilang dalam kebisuan.

Imam Bukhari, seorang saleh dengan penuh kehati-hatian, yang mengumpulkan hadis-hadis dengan metode yang ketat memasukkan hadis tersebut dalam kitab yang disusunnya. Pada satu riwayat,  'Abd As-Syams atau yang lebih dikenal dengan Abu Hurairah menyebutkan bahwa Rasulullah bersabda: Ada tiga hal yang membawa bencana: rumah, wanita, dan kuda.

Fatima  melakukan kritik dengan mengajukan pandangan Aisyah, istri nabi. Menurut Aisyah, yang dikutip oleh Fatima, Abu Hurairah buruk sekali dalam memahami hadis tersebut. Abu Hurairah, menurut Aisyah, datang ke rumahnya di tengah-tengah kalimat nabi. Saat itu nabi sedang berkata 'Semoga Allah membuktikan kesalahan kaum Yahudi, mereka mengatakan, ada tiga hal yang membawa bencana: rumah, wanita, dan kuda. Sayangnya, koreksi dari Aisyah ini tidak dimasukkan oleh Imam Bukhari dalam kitabnya.

Fatima juga melakukan kritik pada perawi yang meriwayatkan hadis yang misoginis. Misalnya pada Abu Bakrah yang meriwayatkan sebuah hadis 'Barangsiapa menyerahkan urusan mereka kepada kaum perempuan, mereka tidak akan memperoleh kemakmuran'. Jika menggunakan standar yang digunakan Imam Anas bin Malik, riwayat dari jalur Abu Bakrah tertolak, karena Abu Bakrah pernah hukum cambuk oleh khalifah Umar bin Khattab karena kesaksian palsu. Selain itu, Fatima juga menguraikan dengan apik kondisi mengapa Abu Bakrah mengeluarkan ingatannya tentang kepemimpinan wanita.

Saat itu, terjadi permusuhan yang sengit antara  Aisyah dan  Ali bin Abi Thalib, yang kemudian meledaklah perang saudara pertama di pertempuran Unta (perang Jamal).

Abu Bakrah, sebagaimana Abu Musa al Asy'ari, memilih untuk tidak memihak keduanya. Tetapi,  untuk melegitimasi keputusannya itu, ia kemudian membuka ingatan tentang sabda nabi tentang perempuan dan kepemimpinan. Padahal, hadis itu diucapkan nabi dalam konteks yang berbeda.

Selain fasih dalam menjelaskan asbabul wurud sebuah hadis, Fatima juga dengan baik merujuk khasanah pemikiran Islam. Buku ini, bagi saya, tidak hanya menawarkan pembelaan pada perempuan yang ala kadarnya. Fatima melakukan kerja-kerja intelektual yang mengagumkan. Lewat buku ini, Fatima membawa kita melancong pada masa sebuah hadis diucapkan atau saat wahyu diturunkan.

Entah mengapa saya jatuh cinta pada buku ini 💓

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PerempuanMembaca

Semua penulis di sini adalah perempuan yang menyempatkan waktu untuk membaca, budaya yang hampir punah ditelan oleh kesibukan, budaya yang hampir punah tergantikan oleh membaca status sosmed atau berita versi digital. Kami merindukan aroma buku, kami merindukan rehat dan bergelut dengan buku sambi menikmati secangkir teh atau kopi.




Cara Gabung Komunitas

Cara Gabung Komunitas

Cari

Hubungi Kami

Nama

Email *

Pesan *