Home Ads

Rabu, 03 Juli 2019

Resensi Buku Menghardik Gerimis, Sapardi Djoko Damono

Judul Buku: Menghardik Gerimis
Penulis: Sapardi Djoko Damono
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Cetakan: Pertama
Tebal: VI + 96
Genre: Fiksi, sastra
Presensi: Atiqotul Fitriyah

Sapardi yang dikenal dengan puisi, novel, essai, dan beberapa buku non-fiksi kini telah mulai meluncurkan karya berupa cerita pendek. Beberapa kumpulan cerita pendek beliau baru dua kali diterbitkan. Buku pertama ialah kumpulan cerpen dengan Judul Sepatu Tua, dan yang baru saja diluncurkan pada hari sabtu tanggal 29 Juni 2019 kemarin adalah Menghardik Gerimis. Tentu saja saya adalah salah satu penikmatnya yang selalu bertanya-tanya dari mana kisah-kisah ini bermuara? Adakah pengalaman pribadi yang diselubungkan dalam setiap cerpen-cerpen tersebut? Sebab ada ribuan hati yang tersentuh sebab kisah-kisah penuh haru-biru dalam setiap kisah dalam Menghardik gerimis.

Cerpen pertama yang disuguhkan pastilah sesuai dengan judul buku, yaitu Menghardik Gerimis. Kisah yang disuguhkan adalah seorang lelaki yang membenci gerimis, namun mencintai hujan. Baginya, gerimis sengatlah jahanam, gerimis selalu datang secara sembunyi-sembunyi, tanpa memberi tahu. Bahkan dengan liciknya gerimis membasahi lantai. Hingga pada suatu hari, si lelaki terpeleset hingga patah tulang. Berlainan nasib dengan gerimis, hujan sangat dicintai lelaki itu. Hujan dimatanya selalu terus terang, hadir dengan suaranyan yang lantang, dan tentunya tidak membuat lelaki itu jatuh dan patah tulang. Begitulah perangai lelaki itu, meskipun istrinya yang sedang hamil tujuh bulan selalu memperingatkannya untuk bisa menahan amarah dan tidak menghardik gerimis tiap kali gerimis datang.

Beralih dari kisah Menghardik Gerimis, sebenarnya dalam kumpulan cerpen Menghardik Gerimis ada sekitar 5 cerpen karya penyair lainnya yang ikut terlibat meruntuhkan ribuan hati pembaca. Nano Riantiarno, Afrizal Malna, Mas Don, Jokpin, dan Günter Wilhelm Grass. Kelima nama penyair tersebut juga terpampang dalam Menghardik Gerimis.  Di antara tumpukan cerpen itu ada salah satu kisah tentang sungai yang jatuh cinta kepada manusia, lebih tepatnya mereka saling mencintai. Cerpen dengan judul Sungai pada halaman 11 sukses membuat saya meneteskan air mata. Begitu dalam menyiratkan perjuangan dalam mempertahan cinta dengan cara yang unik. Sungai mengajak kita untuk memahami seperti apa hakikat dan puncak cinta, serta bagaimana wujud dari rasa saling mencintai. Melalui kisah yang singkat Sungai mampu membuka hati kita bagaimana cinta harus dipahami dengan sebenar-benarnya. Sengaja tidak mecantumkan sekelumit kisah Sungai disini, agar yang tertarik bisa langsung membaca dan menghayati apa yang sebenarnya ingin sungai sampaikan.
Terimakasih, mari kita bersama-sama belajar dari sungai dengan segala kesulitan hidupnya masih mampu membahagian orang lain disekitarnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PerempuanMembaca

Semua penulis di sini adalah perempuan yang menyempatkan waktu untuk membaca, budaya yang hampir punah ditelan oleh kesibukan, budaya yang hampir punah tergantikan oleh membaca status sosmed atau berita versi digital. Kami merindukan aroma buku, kami merindukan rehat dan bergelut dengan buku sambi menikmati secangkir teh atau kopi.




Cara Gabung Komunitas

Cara Gabung Komunitas

Cari

Hubungi Kami

Nama

Email *

Pesan *