Home Ads

Senin, 20 April 2020

Resensi Buku Muslimah yang Diperdebatkan, Kalis Mardiasih


Judul Buku: Muslimah yang Diperdebatkan
Penulis: Kalis Mardiasih
Penerbit/Tahun terbit: Buku Mojok/2020
Genre: Nonfiksi
Jumlah halaman: 184
Peresensi: Dian Nurhidayah

"Kerudung di negeriku memerdekakan pikiran, gerak badan, dan suara"

"Mengapa perempuan selalu salah? Mengapa ia tak boleh bicara? Mengapa perempuan harus menjadi pihak yang paling ikhlas, paling sabar, dan paling tak boleh melawan?"

Kalimat itu membangunkan kita yang terlalu lama enggan membicarakan feminisme. Kalis mardiasih, seorang perempuan yang begitu berani menyuarakan hak-hak perempuan di media daring. Tulisannya tajam dan terbuka. Seolah tak ada rasa takut bahwa tulisannya akan menimbulkan kontroversi, terutama di kalangan laki-laki.

Awalnya, saya kira buku ini akan berbicara tentang perempuan muslimah saja dan aneka ragam perbedaannya. Tapi, ternyata lebih dari itu, Kalis yang merupakan aktivis kesetaraan gender ini mengulik isu-isu perempuan muslimah masa kini yang mulai menggelisahkan.

Di awal bab, ada esai-esai tentang "hijab" yang sekarang banyak digaungkan,  dan menjadi semacam fenomena yang lumrah kalangan artis. Pada bagian ini, ada pula sindiran untuk sistem kapitalis yang, sayangnya, menggunakan hijab atau label agama sebagai "bahan" untuk mengambil keuntungan besar.

Hijab syar'i ini menjadi faktor kegelisahan mbah-mbah zaman dahulu yang pakai konde, ibu-ibu, mbak-mbak, santri-santri, juga saya pribadi yang berjilbab ala kadarnya, dan kadang merasa tidak nyaman karena hijab dijadikan sebagai bahan pembenaran untuk ideologi tertentu yang dianggap paling benar. Padahal sejak dahulu, jilbab sudah ada tanpa perlu embel-embel iklan, embel-embel syar'i, apalagi penentu bahwa yang tidak memakai jilbab atau yang tidak menggunakan jilbab ukuran tertentu atau lebar tertentu, tidak (dianggap) muslimah yang kaffah.

Fenomena "latah" berhijab itu indah, tapi sayangnya menjadi ironi. Sebab, jilbab kemudian digunakan sebagai penanda satu-satunya kesalehan dan ketaatan seseorang, atau digunakan sebagai alat pengungkung perempuan agar taat sepenuhnya laki-laki tanpa kesalingan atau daya pikir kritis.

Pada satu sisi yang lain, Tak jarang kita mendapati kenyataan bahwa ada yang berjilbab ketika  tersandung kasus korupsi. Dan sebaliknya, tak kurang kita melihat perempuan tak berhijab, tapi memiliki kepedulian pada kaum marjinal-janda, duafa, dan fakir miskin di daerahnya. 

Nyatanya, isu tentang perempuan memang tak tunggal dan begitu kompleks. Dalam buku ini, Kalis memotret kisah-kisah perempuan itu. Di antaranya ada Rath dan kawan-kawannya yang harus menjadi pelacur karena human trafficking, kaki Ni Putu Kariani yang dipotong suami karena kekerasan dalam rumah tangga. Tapi, fenomena merasa paling beragama karena berjilbab ini kemudian diiringi dengan kalimat "maaf, sekadar mengingatkan", yang sebenarnya kalimat halus untuk menjudge seseorang yang tidak syar'i dianggap kurang beragama.

Salah satu esai yang menarik perhatian saya di buku ini adalah "Surat Terbuka untuk Nikita Mirzani", sayangnya itu ditulis saat Mbak Nikita Mirzani ini memutuskan berjilbab seperti kawan artis lainnya. Mungkin akan berbeda jika ditulis kembali saat ini. Di mana Nikita Mirzani tahu bahwa berjilbab itu tidak sesederhana itu, ada proses panjang untuk dianggap saleh, ada hal lain yang juga harus di perhatikan selain hanya selembar kain di kepalanya, bahkan kebiasaannya berbagi dan kebaikan lainnya pastilah juga merupakan proses indah di mata Tuhan

Yang juga menjadi perhatian Kalis di buku ini adalah RUU PKS yang sudah diperjuangkan,  namun sedihnya seperti mulai tenggelam kembali. Ya. Perempuan memiliki hak sepenuhnya atas tubuh dan pemikirannya. Kenapa masih saja dijejali dengan dalil-dalil yang membuat ruang geraknya sempit, dan seolah kehidupannya hanya harus berada di bawah kaki lelaki. Tentu perlu mendiskusikan kembali tentang laknat malaikat pada istri yang menolak (dengan alasan) hubungan suami istri.  Apakah perempuan bukan manusia yang boleh memperjuangkan kepedihannya karena diperkosa? Kenapa hanya cara berpakaian perempuan yang dipersalahkan?

Kalis, dalam bukunya ini, menjelaskan bahwa perempuan di Indonesia dengan ragam budaya dan isu kompleksnya harus berjuang mempertahankan haknya. Tidak terinjak oleh dalil yang dibawa laki-laki semata, tidak terkungkung oleh selembar kain, tapi jauh melesat dengan pemikiran dan bakat gemilangnya. Kalis memberi dukungan penuh pada perempuan yang seringkalu dihujani dengan perkara halal-haram dibanding dengan pemberian aspirasi dan melihat pengalaman perempuan itu sendiri.

Di bagian akhir, Kalis seolah ingin bersuara bahwa ia rindu akan suara kaum laki-laki yang mau menyuarakan hak perempuan. Karena masih sedikit laki-laki yang faham tentang menghargai kesamaan antara laki-laki dan perempuan, ketimbang laki-laki yang menuntut kepatuhan perempuan saja. Bukankah dulu Rasulullah pun begitu memuliakan perempua. Dan di antara istrinya,  Sayyidah khotidjah dan Aisyah, tak boleh hanya dilihat hanya sekadar keindahan fisisknya, tapi juga melihat bagaimana perjuangan mereka berdua dalam memperjuangkan Islam bersama dengan Nabi Muhammad. 

Kemuliaan bukan hanya dilihat dari simbol, tidak melawan, penyerahan diri tanpa batas, dan lainnya. Islam memuliakan perempuan atas haknya sebagai manusia sebagai laki-laki dimuliakan. 

Buku yang sudah masuk cetakan keenam ini harus dibaca oleh banyak orang, baik laki-laki atau perempuan. Tapi seperti ini mungkin kalah populer dari novel romantis yang merebak saat ini. 

Buku ini layak diberi empat (4) bintang karena dengan cerdik membicarakan apa yang selama ini tak banyak dibicarakan.

We proud of you, Mbak Kalis, yang telah mampu menyuarakan isi hati kami ❤

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PerempuanMembaca

Semua penulis di sini adalah perempuan yang menyempatkan waktu untuk membaca, budaya yang hampir punah ditelan oleh kesibukan, budaya yang hampir punah tergantikan oleh membaca status sosmed atau berita versi digital. Kami merindukan aroma buku, kami merindukan rehat dan bergelut dengan buku sambi menikmati secangkir teh atau kopi.




Cara Gabung Komunitas

Cara Gabung Komunitas

Cari

Hubungi Kami

Nama

Email *

Pesan *