Home Ads

Senin, 01 Juni 2020

Resensi Buku Rumahku Madrasah Pertamaku, Khalid Ahmad Syantut

source: google

Judul Buku: Rumahku Madrasah Pertamaku (Panduan Keluarga Muslim dalam Mendidik Anak)
Penulis: Dr. Khalid Ahmad Syantut
Penerbit: Maskana Media (Imprint Pustaka Rumah Main Anak)
Cetakan: kedua, Januari 2019
Genre: Nonfiksi
Jumlah Halaman: 184 halaman
Peresensi: Desty Putri Hanifah

Pertama kali melihat iklan masa PO buku ini, saya langsung tertarik untuk memesannya. Saya memang senantiasa tertarik pada buku parenting. Ketidaksempurnaan dalam diri saya membuat saya ingin terus memperbaiki supaya kelak saya bisa mendidik anak-anak sesuai dengan apa yang Allah dan Rasul inginkan. Setelah menunggu selama kurang lebih dua minggu, akhirnya buku ini berada di pelukan saya. Desain dan layout buku yang menarik membuat saya ingin segera membacanya. Kemudian, saya bacalah buku ini, mengalahkan tumpukan buku lain yang belum sempat terbaca.

"Rumahku Madrasah Pertamaku" begitulah judul buku ini. Sesuai dengan judulnya, buku ini mengingatkan saya kembali tentang betapa berpengaruhnya lingkungan rumah terhadap karakter anak. Saat ini, mulai banyak penyimpangan yang dilakukan oleh orang tua yang menyebabkan anak tertutupi fitrahnya. Apakah penyimpangan itu? Salah satunya, orang tua memindahkan peran keluarga dalam mendidik anak ke sekolah secara menyeluruh. Orang tua meninggalkan perannya, bahkan menyerahkan balitanya ke penitipan. Memang tidak semua orang tua demikian, namun kasus seperti itu hampir menyeluruh. Walau kita terutama ibu bekerja di ranah publik, peran sebagai pendidik di rumah tetap harus dilaksanakan dengan baik.

Buku ini memberikan ringkasan penting tentang langkah-langkah dalam mendidik anak. Bahwa pendidikan yang hendak kita terapkan pada anak sebenarnya sudah dimulai sejak kita memilih pasangan. Hendaklah kita memilih pasangan berdasarkan agamanya, karena hal ini menjadi dasar bagi keberlangsungan pendidikan di rumah tersebut.

Pendidikan anak menjadi tanggung jawab orang tua. Orang tua berarti ayah dan ibu. Semuanya memiliki peran yang saling melengkapi. Hendaknya ayah tetap berperan dalam membersamai pendidikan anak terutama setelah anak berusia dua tahun. Betapa banyak ayah yang hanya fokus pada bekerja dan bekerja. Padahal di sisi lain anak-anak membutuhkan mereka secara utuh.

Kewajiban mendidik anak sangatlah panjang. Mengapa? Karena apa yang kita tanam pada diri anak akan kita pertanggungjawaban di akhirat kelak. Anak kita akan menjadi tambahan amal baik atau buruk bergantung pada hasil didikan kita. Kewajiban kita terhadap anak bahkan sudah ditentukan sebelum menikah. Kewajiban tersebut dimulai dari usaha mencari pasangan, mengasuh, mengajarkan solat, menafkahi hingga membimbing anak dalam membina keluarga. Kewajiban ini sangat panjang dan berliku.

Buku ini memandu para keluarga muslim dalam mendidik anak-anaknya. Hal yang sering terlupakan adalah mengasah kecerdasan ruhiyah dan akhlaqul karimah dalam diri anak. Buku ini membahas tuntas tentang kedua hal tersebut. Selain kecerdasan ruhiyah dan akhlak baik, anak juga perlu dididik untuk memiliki jiwa sosial yang baik, cerdas finansial, serta memiliki jiwa patriotisme.

Di bagian akhir buku juga disediakan tips seputar memilih sekolah terbaik bagi anak. Seperti yang kita ketahui bahwa memilih sekolah menjadi hal yang penting karena sekolah adalah institusi pendidikan kedua setelah rumah. Buku ini juga berisi tentang inspirasi dalam menyusun kegiatan positif bersama anak-anak.

Kelebihan Buku:

1. Desain full colour disertai ilustrasi gambar
2. Bahasa sederhana dan mudah dipahami
3. Tips yang ditulis mudah diterapkan di rumah

Kekurangan Buku:

Terdapat beberapa pembahasan yang kurang spesifik dan mendalam

Betapa banyaknya sesuatu yang belum kita ketahui. Betapa banyaknya kesalahan yang mungkin sudah membumi. Itulah mengapa kita harus senantiasa mencari ilmu, supaya tidak tersesat dalam kesalahan yang berulang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PerempuanMembaca

Semua penulis di sini adalah perempuan yang menyempatkan waktu untuk membaca, budaya yang hampir punah ditelan oleh kesibukan, budaya yang hampir punah tergantikan oleh membaca status sosmed atau berita versi digital. Kami merindukan aroma buku, kami merindukan rehat dan bergelut dengan buku sambi menikmati secangkir teh atau kopi.




Cara Gabung Komunitas

Cara Gabung Komunitas

Cari

Hubungi Kami

Nama

Email *

Pesan *