Home Ads

Senin, 03 Agustus 2020

Resensi Buku Si Jlitheng, Impian Nopitasari


Judul Buku: Si Jlitheng
Pengarang: Impian Nopitasari 
Penerbit: Penerbit Babon
Tahun Terbit: 2020
Jumlah Halaman: 52 halaman
Genre: Buku Anak (Fiksi) 
Peresensi: Mustamimul Rofiqoh

Buku dengan Bahasa Jawa ini adalah yang pertama saya baca setelah berpuluh tahun lamanya. Sepertinya terakhir kali membaca buku cerita Bahasa Jawa saat saya masih Sekolah Dasar. Tahun 90-an. Bisa dibayangkan betapa lamanya. Dan istimewanya, saya langsung jatuh hati dengan buku Si Jlitheng ini. Mbak Impian Nopitasari sungguh sangat cerdas mengemas cerita yang sederhana ini menjadi sangat luar biasa dan sarat dengan pesan moral. 

Buku ini mengangkat cerita sehari-hari yang tidak jauh dengan apa yang terjadi di sekitar kita. Bahkan, mungkin saja kita sendiri pernah mengalaminya langsung. Dengan latar atau tokoh yang berbeda pastinya. Kata demi kata dalam buku ini sungguh luar biasa, membuat saya tersihir. Saya seperti ikut hanyut dalam  ceritanya. 

Ceritanya ringan, mengalir, dan tidak menggurui. Itu poin yang menjadi kelebihan buku ini. Seperti titah seorang Ibu kepada anak kesayanganya. Dengan lemah lembut namun merasuk ke dalam jiwa. Dan akan selalu terkenang. Seperti nasihat Blorok, induk ayam bijaksana, kepada anak-anaknya. Meskipun ada satu anak yang berbeda tapi semua harus saling menyayangi dan tidak boleh membeda-bedakan. Kadang yang berbeda itu, malah bisa menjadi penyatu. 

Pada cerita kedua tentang Bekicot dan Kodhok. Perumpaan kedua tokoh ini sangat tepat dalam menggambarkan rasa iri hati dalam diri manusia. Seringkali kita iri melihat apa yang dipunya orang lain. Padahal Tuhan menciptakan setiap mahluknya lengkap dengan segala kekurangan dan kelebihannya masing-masing. Diceritakan Bekicot yang iri dengan Kodhok. Kodhok dapat melompat dengan cepat sehingga bisa menolong yang lain. Sedangkan Bekicot lambat dan tidak bisa apa-apa. Di akhir cerita, Kodhok menjadi mangsa burung, dan ini menjadi titik balik Bekicot untuk menghargai hidupnya. Dan menghargai apa yang sudah diberikan Tuhan untuknya. 

Pada cerita ketiga, Ndara Anyar. Mbak Impian seperti membawa pesan, bahwa kita tidak boleh memandang rendah orang miskin atau orang kampung. Kadang kita malah menemukan kebahagian yang sebenarnya pada mereka. Hidup dalam kesederhanaan dan mensyukuri setiap nikmat dari Tuhan. Seperti Mimi, kucing orang kaya yang dititipkan kepada Mbok Triman di kampung. Awalnya Mimi malas bergaul dengan tuan barunya itu, atau dengan kucing-kucing kampung peliharaanya. Mimi merasa tidak selevel dengan mereka. Namun lama-kelamaan setelah mengenal mereka, akhirnya Mimi malah betah dan berat meninggalkan mereka saat dijemput pulang ke kota. 

Cerita terahir, Si Jlitheng, Mbak Impian sukses membawakan pesan untuk menghargai setiap kehidupan dengan segala permasalahnya. Seperti Si Jlitheng, semut hitam kecil yang selalu diremehkan teman-temannya. Namun dia selalu semangat dan tidak sakit hati dengan segala ejekan. Dia menghargai hidupnya, dan menyakini segala apa yang ada dalam dirinya. Hingga pada suatu hari dia dapat menolong keluarga burung yang akan dimangsa seekor ular. Dengan gagah berani Si Jlitheng menggigit mata kiri ular. Dia tidak memedulikan keselamatannya sendiri karena besarnya rasa ingin menolong kepada sesama. Meskipun kecil dan kadang tidak terlihat, Si Jlitheng membuktikan bahwa dengan keyakinan yang kuat, dia dapat menolong sesama. Ikhlas tanpa mengharap imbalan atau diketahui oleh orang lain. 

Buku ini sangat cocok sebagai bahan renungan dengan tanpa menggurui atau memojokan. Cocok juga sebagai media belajar Bahasa Jawa untuk anak. Buku ini juga dilengkapi dengan ilustrasi menarik pada setiap lembarnya. Anak akan sangat tertarik dibacakan buku ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PerempuanMembaca

Semua penulis di sini adalah perempuan yang menyempatkan waktu untuk membaca, budaya yang hampir punah ditelan oleh kesibukan, budaya yang hampir punah tergantikan oleh membaca status sosmed atau berita versi digital. Kami merindukan aroma buku, kami merindukan rehat dan bergelut dengan buku sambi menikmati secangkir teh atau kopi.




Cara Gabung Komunitas

Cara Gabung Komunitas

Cari

Hubungi Kami

Nama

Email *

Pesan *