Home Ads

Senin, 03 Agustus 2020

Resensi Buku Cul de Sac: Perjalanan Perempuan Korban Traficking, Ismun Faidah


Judul Buku: Cul de Sac, Perjalanan Perempuan Korban Traficking
Penulis: Ismun Faidah
Penerbit: AG Litera
Tahun terbit: Juni 2015
Tebal: 245 halaman
Genre: Novel Fiksi
Pereview: Sarah Rahma Agustin

Sorot mata perempuan yang dibungkam itu nanar, kebencian dan amarah tampak menyeruak. Ia bernama Ester, perempuan cerdik yang lolos dari sindikat perdagangan manusia. Buku ini mengisahkan jalan terjal Ester, pelacur yang dijual pacar ke Singapura hingga bisa kembali ke Indonesia. 

Gaya bahasa Ismun Faidah sangat lugas. Pemilihan diksi yang digunakan menggambarkan kemarahan, keberanian, dan karakter kuat dalam diri Ester. Novel ini merupakan salah satu novel yang nyaris bersih dari narasi lekuk tubuh perempuan. Ismun Faidah menghadirkan Ester dengan kritik tajam tentang para bandit yang bersembunyi dibalik kebohongan, jual beli hukum, dan bersembah sujud mempertahankan kedudukan. Ester hadir sebagai pejalan ulung, meniti setiap terjal dengan mental kuat, pengetahuan, pengalaman historis, dan kecerdikan. Akumulasi karakter tersebut menjadikan Ester tak hanya seorang pelacur -yang terperangkap dalam sindikat perdagangan manusia. Ester malampaui itu semua, melampaui gugusan stereotype yang disematkan banyak orang pada diri pelacur. 

Keberangkatan Ester ke Singapura tak lain karena enggan terseret kasus pembunuhan di Hotel Anjasmara. Di sebuah kamar, klien yang membookingnya itu tergeletak bercecer darah dengan foto bugil dan dokumen penting berserakan di sekitanya. Ester mengenal lelaki yang di foto bugil, orang yang duduk di barisan depan saat sidang kasus korupsi ayahnya. Ester menyadari bahwa ini kasus pembunuhan. Ester memungut beberapa foto dan dokumen tersebut, disimpan dalam tasnya. Saat hendak keluar kamar, lelaki yang di foto tersebut keluar dari kamar mandi, bajunya terdapat bercak darah segar. Lelaki itu mengejar Ester, Ester berhasil lari keluar dari hotel. Celakanya sebelum masuk ke kamar hotel, Ester sempat menandatangani sebuah surat, bahwa ia mengenal lelaki di kamar tersebut

Benar saja dugaan Ester, hampir semua framing berita mengarah bahwa pembunuh tersebut adalah Ester. Abby, pacarnya, menyarankan strategi yang tak masuk akal bagi Ester, mejadi TKI di Singapura. Mengingat pemberitaan media yang semakin memojokkan Ester dan teror bangkai ayam bercecer darah tergantung di depan rumahnya, Ester menyetujui ide gila tersebut. Abby lah yang memberikan rute hingga Ester sampai ke PJTKI di Cilacap, sebelum akhirnya sampai Singapura. Abby menerima 30% uang traksaksi tersebut. Ya, Ester dijual oleh pacarnya, dan ia baru mengetahui setelah perjalanan menuju Singapura sudah mulai. 

Sesampainya di Singapura, perempuan yang sempat mendapat kesempatan sebagai Duta Perempuan Asia Selatan untuk mengentaskan kasus child trafficking dan women trafficking itu kini menyaksikan langsung teman perempuannya diperkosa di depan matanya. Ester hanya bisa menitikan air mata, namun dadanya masih membusung, bara api itu makin merah. Kini ia tahu, bahwa perempuan-perempuan yang berangkat bersamanya ke Singapura dijadikan komoditas.

Ester harus berahadapan dengan Sultan, majikan berusia 50 tahun yang sebulan lagi akan mempersuntingnya. Sultan adalah gembong trafficking negara-negara Asia, mafia hukum, pemasok perempuan muda untuk bar dan pub. Ester mengetahui itu semua setelah bertemu dengan Wulan, teman satu rombongan saat berangkat ke Singapura. Ester, Wulan dan agen NGO human trafficking menyususun strategi penangkapan Sultan. Naas, Sultan mengetahui rencana tersebut, dan menangkap Wulan bersama satu temannya. Keduanya digantung oleh Sultan di markas rahasia, tepat di depan mata Ester. Sial sekali kau, Ester!

Di markas itulah, Ester beberapa kali melihat dengan mata kepalanya bagaimana Sultan sangat mudah membunuh orang-orang yang mengancam bisnisnya. Melihat bilik-bilik kamar berisi perempuan bertubuh kurus, tanpa harapan, namun harus tetap melayani. Ester melihat beberapa potong tubuh manusia yang diperjualbelikan. Itu dilakukan Sultan agar Ester tunduk padanya, meneror mental Ester dengan kejadian tak manusiawi. Di markas itulah Tuhan memeberi Ester kesempatan untuk observasi langsung bagaimana gembong trafficker itu bekerja. 

Melihat kecerdikan calon istrinya, Sultan melepaskan Ester untuk kembali ke Indonesia. Sultan hanya meitip satu pesan padanya: menghabisi Tomi, pembunuh Pak Hermawan di hotel Anjasmara beberapa bulan lalu. Sultan marah pada Tomi karena projek di Batam tak berjalan. Sultan adalah penyokong utama Tomi. 

Usai menemui ayahnya, Ester berhasil mengajak Tomi ke rumah. Mereka bermain russian roulette. Dalam permainan itu, pistol sempat diputar hingga tiga kali. Ketika Tomi mendapat kesempatan bermain, Tomi menembakkan peluru itu ke dada Ester. Perlahan Ester tersungkur, Tomi terbahak-bahak. 

Bukan Ester namanya jika ia berkompromi dengan Sultan ataupun Tomi. Ester memang cerdik, rumah itu telah dipenuhi cctv yang merekam seluruh kejadian malam itu. Cctv itu merekam gugatan Ester tentang seluruh tipu daya Tomi, tentang dalang pembunuhan itu, tentang keterlibatannya dalam konspirasi surat izin bermotor, tentang Sultan yang menjadi penyokongnya, tentang keterlibatannya dalam menjebloskan ayahnya ke penjara, tentang kebiadabannya menjual perempuan. Berly, sahabat Ester menyaksikan tragedi tersebut melalui ponselnya, dan bersiap memblowup semua tentang Tomi ke publik.

Ester, pelacur yang berhasil menaklukkan bandit-bandit itu. Ayahnya, lelaki militan partai oposisi yang dijebloskan ke penjara atas tuduhan kasus korupsi. Ayahnya mengungkap data-data tentang keterlibatan Tomi dalam konspirasi surat izin bermotor. Ibunya dibunuh karena memegang kunci rahasia kebusukan partai penguasa. Ya, Ester sangat dekat dengan kebobrokan-kebobrokan yang saling berkelindan. Ester adalah luka, Ester adalah pejalan ulung, konsisten melaksanakan darma hidup hingga maut menjemput.

Alur cerita yang disuguhkan dengan sangat apik. Ester Ester akan selalu hadir dengan resistensinya ditengah dominasi wacana perdagangan manusia. Ester Ester akan selalu hadir menciutkan nyali para bandit. Ester Ester akan selalu hadir menebar spirit bagi sesama. Ester lahir dari akumulasi pergulatan batin, historis, juga jalan hidup yang dipilihnya. 

Di saat paling terpuruk, Ester selalu mengingat wejangan ayahnya. Hidup mustilah dinamis. Hidup juga musti etis dan hamonis! Erotis dalam pencarian makna hidup. Harmonis dalam setiap reaksi yang hidup berikan. 

Ismun Faidah, terimakasih telah menulis cerita mencekam yang penuh misi kemanusiaan ini. 

Tabik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PerempuanMembaca

Semua penulis di sini adalah perempuan yang menyempatkan waktu untuk membaca, budaya yang hampir punah ditelan oleh kesibukan, budaya yang hampir punah tergantikan oleh membaca status sosmed atau berita versi digital. Kami merindukan aroma buku, kami merindukan rehat dan bergelut dengan buku sambi menikmati secangkir teh atau kopi.




Cara Gabung Komunitas

Cara Gabung Komunitas

Cari

Hubungi Kami

Nama

Email *

Pesan *