Home Ads

Selasa, 09 November 2021

Resensi Buku Gadis Kretek, Karya Ratih Kumala

sumber: dokumentasi Aida
Judul : Gadis Kretek

Pengarang : Ratih Kumala

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama 

Tahun terbit: Maret 2012, cet pertama 

ISBN: 978 979 2281415 

Jumlah Halaman: 275

Genre : Fiksi

Peresensi : Aida Mudjib



*


Anda pernah melihat kartun Spongebob SquarePants? Jika iya anda pasti akrab dengan outlet burger tempat si spons bermata mencari uang. Krabby Patty, burger yang sangat disukai di kota Bikini Bottom. Dalam serial kartun ini musuh bebuyutan Mister Krab, plankton terus-menerus berusaha mencuri rahasia resep dan membuat saingannya gulung tikar. 


Perihal resep rahasia inilah yang terlintas ketika saya membaca Gadis Kretek oleh Ratih Kumala. Dalam cerita ini, Resep saus rokok.


"Saus adalah kunci yang membedakan rasa rokok kretek yang satu dengan yang lain. Saus itu ibarat nyawa sebuah pabrik rokok. Lebas dan Karim bahkan tak mengetahui rahasia saus rokok cap Djagad Raja… Tegar telah disumpah oleh Romo untuk tak memberitahukannya pada siapa pun, termasuk kepada dua saudara kandungnya itu. Saus harus disimpan rapat-rapat rahasia campuran bahannya. Dan konon, Tegar bahkan menandatangani sebuah surat kontrak perjanjian dengan Romo di atas selembar kertas segel: bahwa dia takkan pernah membocorkan rahasia saus." [h. 33]


Namun untungnya ini bukan cerita bertele-tele mengenai petualangan Tegar menjaga rahasia resep saus Kretek. 

Novel ini tergolong fiksi sejarah kretek Indonesia. Mengisahkan bagaimana perkembangan industri rokok Indonesia dari masa ke masa, mulai dari sebelum, saat, dan sesudah bangsa Indonesia merdeka. Pasang surut, lika-liku industri rokok diceritakan dengan telaten tetapi tetap tidak meninggalkan keasyikannya. Kental dengan nuansa budaya Jawa. Ratih berhasil menjahit kisah dengan apik, mengkombinasikan antara cinta, keluarga, persaingan bisnis, pertarungan harga diri dan perbedaan idealisme dengan racikan yang enak.


Novel ini bercerita tentang tiga bersaudara, Tegar, Karim dan Lebas -yang mendapati romo mereka Pak Radja sakit keras diambang kematian. Romo terus mengigau menyebut nama  Jeng Yah. Nama panggilan wanita yang jelas bukan  ibu mereka.


’Mas... mbok lihat itu Romo gimana. Dia manggil-manggil nama Jeng Yah. Itu pasti permintaan terakhirnya. Entah dia pengin ketemu, entah pengin tahu kabarnya. Pokoknya sesuatu yang berhubungan dengan Jeng Yah itu tadi! Masa’ kita enggak peduli sama keinginan terakhir Romo? Tega?”

”Iya, tapi keinginan terakhir kok bikin Ibu ngamuk!”

”Kalo Ibu punya keinginan terakhir pengin ketemu mantan pacarnya yang duluuu... pasti aku juga akan nurutin! Percaya, deh!” [h. 5]


Lebas dan dua kakaknya benar-benar tidak menyangka bahwa mereka akan menguak kisah tiga generasi. Mereka membagi tugas. Karim menjaga benteng di Jakarta sedang kedua saudaranya meluncur ke Kudus. Kota asal romo mereka. Kota dimana terakhir kali Jeng Yah dan Radja bertemu.


Inilah yang mereka temukan:


Alkisah pada masa penjajahan Jepang seseorang bernama Idroes Muria memulai bisnis Kretek Merdeka yang bersaing dengan bisnis sahabatnya sendiri Soedjagat. Djagat memiliki bisnis rokok Kretek proklamasi. Persaingan bisnis mereka juga dipanasi dengan perebutan hati Roemaisa. Persaingan Jagat dan Idrus sangat sengit. Kala idroes mengeluarkan klobot, Djagat juga. Ketika Jeng Yah membuat Kretek Gadis, Djagat mengekor dengan Garwo Kulo. Perebutan pangsa pasar rokok, tips marketing dan intrik sosial sangat seru dikisahkan. 


Dalam persaingan cinta generasi pertama, Idroes lah yang memenangkan hati Roemaisa dan berhasil meminangnya. Bertahun-tahun kemudian memiliki Dua anak gadis, yang sulung bernama Dasiah. Akrab dipanggil jeng Yah. Gadis ini sangat pandai melinting Kretek. Dasiah melinting sendiri kreteknya menggunakan sari kretek yang dikumpulkan dari sisa sari kretek produksi ayahnya. Oleh Jeng Yah, sari Kretek itu dilinting hingga menjadi Kretek yang lezat dan gurih. Diberi nama Kretek Gadis, ia menjadi buah bibir di kalangan orang-orang kota M. Kretek buatan Dasiah diperebutkan banyak orang apalagi memang persediaannya sangat terbatas, karena bahan bakunya berasal dari saripati Kretek sisa di jari tangan Dasiah dan saus khusus yang gurih. 


Kisah persaingan cinta generasi dua berlanjut. Ternyata Djagat yang dibutakan oleh egoisme, terus-menerus berlari mengejar kesuksesan keluarga Idrus. Putrinya, Purwanti juga menyukai pria yang dekat dengan Jeng Yah, Soeradja.


Kesempatan muncul bagi Djagat ketika situasi politik nasional memanas. 

Saat itu usaha Kretek Tjap Arit Merah yang baru dirintis Soeradja, ternyata disponsori oleh PKI. Jeng Yah yang tidak tahu apa-apa ditahan karena dikira menyembunyikan kekasihnya. Ayahnya juga ditangkap karena dianggap berafiliasi pada Partai Komunis. Sial sekali Idroes karena selama ini memproduksi Kretek Merdeka yang kertasnya berwarna merah. 

Dimanakah Radja? Ia menjadi buronan. Lari menjauh dari Jeng yah. 


“Lelaki itu, Soeraja. Di balik lebat jenggot dan pakaian kumalnya, tersimpan ketakutan yang amat sangat. Ia sudah melihat kawan yang biasa ia jumpai di markas PKI di Kota M mengambang sebagai sisa manusia di Kali Pepe. Ia memutuskan untuk pergi sejauh-jauhnya. Ia cuma ingin pergi dan tak melibatkan Jeng Yah agar gadis terkasihnya itu bisa tetap hidup.” (hlm. 233)


Kesempatan itu digunakan Soejagat untuk mengambil alih rahasia saus Kretek gurih yang selama ini produksi oleh Idrus sekaligus menikahkan anaknya, Purwanti. Dasiyah ketika akhirnya mengetahui pencurian saus kretek dan pengkhianatan calon suaminya benar-benar marah dan dendam. Seperti petromaks, menyala hingga puluhan tahun kemudian dan membikin Radja sulit mati.


Apakah urusan saus ini akan berakhir baik? Untunglah iya. Dengan twist ceritanya yang diselipi kepulan asap. 


Mari kita membahas kelebihan novel ini. Pertama novel ini tak memiliki batas jelas mana protagonis mana antagonis. Semua tokohnya adalah manusia dengan kelebihan dan kebobrokan masing-masing.

Kedua kata kretek tidak hanya tempelan cover.  Ratih Kumala dengan lihai memasukkan sejarah, khasiat dan cara membuat rokok. mulai dari penggunaan daun jagung kering lalu diisi tembakau dan cengkeh, klembak menyan, hingga akhirnya papier (kertas pembungkus). Berikutnya, cover Gadis Kretek sangat menarik. Ilustrasi etiket dengan gambar seorang gadis berkebaya hijau memegang rokok berasap dengan background merah. Pada tahun 2019, Penerbit mencetak cover baru dengan later biru. Bagi saya ini kurang cakep dan mengurangi kesan estetiknya.

Keempat,  tips-tips marketing yang diselipkan membuat saya belajar banyak. Misalnya saja ketika Idroes mengeluarkan kretek gadis dengan slogan sekali isap, gadis impian anda akan muncul di hadapan. Jenius sekali dibandingkan dengan Pak Jagat yang mengeluarkan 'garwo kulo'. Blunder. Karena para pria yang membelinya akan terbayang ibu-ibu berdaster dan kumal gedobrotan. Kalimat-kalimat tokohnya juga banyak yang mengundang senyum.


”Aku curiga,” ujar Lebas pada suatu hari ketika menduga- duga bersama dengan Karim, ’’keliatannya sebenarnya Mas Tegar juga disumpah pocong untuk yang satu ini! Gimana enggak, Mas Tegar itu tipe orang yang sering kelepasan kalau ngomong, tahu-tahu rahasia orang terbongkar. Tapi dia gak pernah sekali pun kelepasan ngomongin rahasia bahan saus.”


Jika boleh disebut minus, dalam novel ini saya menemukan beberapa salah ketik, penulisan nama tokoh yang tertukar atau tidak sesuai, dan ketidakkonsistenan dalam menggunakan ejaan lama. Bagi penerbit sekelas GPU, ini tentu kurang elok. Tetapi novel yang saya baca adalah cetakan pertama, saya berharap kesalahan itu diperbaiki dalam cetakan berikutnya. Kekurangan lain, saya merasa terganggu dengan sebutan nama Kota M. Pasalnya nama-nama Kota lain ditulis dengan gamblang, seperti Kota Kudus, Magelang, Jakarta, Soerabaja.


Overall, selesai membaca novel gadis Kretek saya jadi berandai-andai kalau penulis SpongeBob SquarePants sepertinya pernah membaca novel Ratih Kumala ini sehingga dia tidak membuat Mr Krab punya anak yang jatuh cinta kepada plankton, mempersulit hidup lintas generasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PerempuanMembaca

Semua penulis di sini adalah perempuan yang menyempatkan waktu untuk membaca, budaya yang hampir punah ditelan oleh kesibukan, budaya yang hampir punah tergantikan oleh membaca status sosmed atau berita versi digital. Kami merindukan aroma buku, kami merindukan rehat dan bergelut dengan buku sambi menikmati secangkir teh atau kopi.




Cara Gabung Komunitas

Cara Gabung Komunitas

Cari

Hubungi Kami

Nama

Email *

Pesan *