sumber gambar: arrahim.id |
Judul buku: Gender Gus Dur
Penulis: Ashilly Achidsti
Tahun Terbit: 2021
Penerbit: Gading Publishing
Jumlah Halaman: xviii+150 halaman
ISBN: 978-623-7177-73-9
Kategori: Nonfiksi
Peresensi: Hikmah Imroatul Afifah
Gender Gus Dur adalah sebuah buku yang memuat hasil penelitian tugas akhir strata dua Ashilly Achidsti. Ditebak dari judulnya, buku sebanyak 150 halaman ini tentu saja berbicara tentang Gus Dur dan kaitannya dengan gender. Ashilly mengupas kebijakan kesetaraan gender di era kepemimpinan Gus Dur dalam empat bab. Layaknya suatu hasil penelitian, buku ini mencantumkan referensi yang tak main-main.
Ashilly menjelaskan secara runtut bagaimana proses kebijakan kesetaraan gender ditetapkan. Tidak hanya itu, buku ini juga menjelaskan aktor-aktor yang berperan penting dalam mendampingi Gus Dur untuk urusan gender. Rupanya penulis benar-benar objektif dalam meneliti kebijakan gender di era Gus Dur. Pasalnya, beberapa bagian di akhir buku ini juga menguraikan kritik Ashilly. Selain itu, “Gender Gus Dur” juga memaparkan sulitnya penegakan kebijakan kesetaraan gender di Indonesia.
Secara garis besar, upaya menciptakan kesetaraan gender di era kepemimpinan Gus Dur ditempuh melalui tiga cara. Perombakan kelembagaan, kebijakan tertulis, dan tindakan diplomasi adalah tiga cara yang dipilih oleh cucu Kiai Hasyim tersebut. Produk kebijakan yang dihasilkan dari cara-cara tersebut antara lain: penggantian nama Kementerian Urusan Peranan Wanita menjadi Kementerian Pemberdayaan Perempuan, Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Nasional, dan diplomasi untuk menyelamatkan buruh migran Siti Zaenab yang akan dihukum mati di Arab Saudi.
Upaya Gus Dur dalam menginternalisasikan nilai-nilai kesetaraan gender sebenarnya sudah berlangsung sejak masa orde baru. Puncaknya, nilai-nilai tersebut bisa diperjuangkan dengan leluasa saat masa kepemimpinannya. Gus Dur menjadi sosok yang berperan besar dalam formulasi kebijakan kesetaraan gender di Indonesia. Menurut Ashilly, setidaknya ada tiga peran Gus Dur yang dinilai sangat berpengaruh. Peran-peran tersebut antara lain: menjadikan isu kesetaraan gender menjadi bahasan krusial dalam masa pemerintahan, menempatkan orang-orang yang memiliki rekam jejak di dunia aktivisme perempuan—seperti Khofifah Indar Parawansa—sebagai aktor berpengaruh pada lingkaran kebijakan kesetaraan gender, dan inisiatif menerbitkan kebijakan yang mendorong pengarusutamaan gender dengan memanfaatkan kewenangan sebagai presiden.
Paparan Ashilly dalam buku ini cukup membuka mata kita bahwa bangsa Indonesia pernah memiliki seorang presiden yang begitu peduli dengan isu-isu kesetaraan gender. Selain itu, dalam bukunya ini, Ashilly juga berusaha menyelisik berbagai isu kontemporer yang terkait dengan kebijakan kesetaraan gender. Kawan-kawan yang mempunyai minat tinggi dalam bidang kajian gender, buku ini sangat direkomendasikan untuk kalian baca.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar