Home Ads

Selasa, 14 Februari 2023

Resensi Buku Supernova 4 Partikel, Karya Dee Lestari

sumber: dokumentasi Iffah

Judul buku: Supernova #4 Partikel
Penulis: Dee Lestari
Penerbit: Bentang
Tahun terbit: Agustus 2021 (cetakan pertama 2012) 
Genre: Fiksi, sastra, novel
Jumlah halaman: 490
Peresensi: Iffah Hannah

"Pada akhirnya, seluruh hidup kita menjadi spiritual tanpa perlu dicari-cari." (Hal. 384)

***

Ketika mulai membaca Supernova #4 Partikel tiga hari yang lalu, saya tidak menyangka sama sekali kalau novel ini akan banyak berbicara tentang alam dan dimensi-dimensi "di luar" apa yang kita anggap sebagai kenyataan yang normal. 

Novel ini berkisah tentang Zarah, yang berusaha mencari keberadaan Firas, ayahnya, yang menghilang secara misterius. 

Firas adalah sosok kontroversial. Ia seorang ilmuwan, dosen, dan seorang "pencari". Penemuan dan hipotesisnya yang di luar "nalar" umum tidak bisa diterima. Kecuali oleh Zarah, anak pertama yang ia didik sejak kecil tanpa sekolah formal. 

-- "Jangan pisahkan dirimu dari binatang... Kamu lebih dekat dengan mereka daripada yang kamu bayangkan,"

"Biar apa, Ayah?"

"Biar kamu tidak sombong jadi manusia." (Hal. 20) --

Ketika Firas menghilang, pencarian Zarah mengantarkannya sampai ke Kalimantan, juga London. Dan dari sana, ia berkesempatan mengunjungi tempat-tempat lain di berbagai penjuru dunia sebagai seorang fotografer wildlife. 

Di luar kisah pencarian itu, novel ini menuturkan banyak aspek yang mungkin pada 2012, ketika novel ini baru terbit pertama kali, jarang dibicarakan orang segenerasi saya. Bagaimana hubungan manusia dengan alam, bagaimana interaksi-komunikasi manusia dengan makhluk hidup lainnya, lalu tentang bagaimana "kehidupan lain" di luar dimensi yang selama ini dikenal dan ditinggali manusia seperti alien, UFO, dunia roh (yang satu ini masih cukup dekat dengan beberapa budaya tradisional masyarakat kita ya) dan lain sebagainya. 

Kisah Zarah dan pencariannya yang mempertemukan ia dengan hal-hal "mistis" dan "spiritualis" juga asumsi (?) tentang asal usul kehidupan dan kebudayaan (yang menurut novel ini, bahwa leluhur manusia pernah memiliki intelegensi, "teknologi", serta peradaban yang canggih dibuktikan dengan peninggalan-peninggalan seperti Stonehenge) lamat-lamat saya ingat pernah menjadi perbincangan di circa 2010-an. Waktu itu, isu soal Atlantis sedang santer-santernya. Meskipun pada masa itu tampaknya tidak terbukti betul secara saintifik, tapi membayangkan bahwa peradaban Atlantis pernah betul-betul ada memang cukup seru sekaligus membuat takjub. 

Selain aspek-aspek tersebut, hubungan antar-manusia juga cukup dieksplorasi dalam novel ini, misalnya hubungan Zarah dengan keluarganya sepeninggal Firas, hubungan Zarah dengan kekasih dan sahabat yang mengkhianatinya, juga hubungannya dengan orang utan yang jadi anak adopsinya selama tinggal di Kalimantan. Dan seperti yang Zarah bilang, konstruksi batin manusia memang rumit:

-- "Akhirnya kumengerti betapa rumitnya konstruksi batin manusia. Betapa sukarnya manusia menanggalkan bias, menarik batas antara masa lalu dan masa sekarang. Aku kini percaya, manusia dirancang untuk terluka." (Hal. 263-264)--

***

Percaya tidak percaya, sebelum saya membaca novel ini, saya baru saja menamatkan serial dokumenter Graham Hancock di Netflix "Ancient Apocalypse" yang sedikit banyak punya irisan dengan apa yang ditulis Dee dalam Supernova #4 Partikel. Hancock meyakini bahwa sebelum masa berburu dan meramu, pernah ada peradaban maha canggih milik leluhur manusia yang sayangnya jejak-jejak peradaban tersebut tersapu oleh bencana (ancient apocalypse). Tentu saja temuan-temuan Hancock banyak yang ditentang para ilmuwan. Dia dianggap sebagai peracau dan penganut pseudo sains. Meski demikian, dalam episode-episode dokumenternya, ia memaparkan beberapa bukti-bukti berupa bangunan megalitik kuno yang sepertinya disusun-dibangun secara seksama penuh perhitungan dan analisis-analisis bahwa bebatuan itu dirunut berawal pada akhir zaman es yaitu ratusan ribu tahun yang lalu. Hancock juga membahas beberapa hal seperti yang dibahas Dee dalam Partikel, seperti Stonehenge dan Atlantis. 

Rasa-rasanya seperti kebetulan ya? 

Kebetulan berikutnya adalah, dari sekian banyak tumpukan to be read di rak buku saya, buku yang secara acak saya ambil untuk dibaca selang-seling sambil membaca Partikel adalah  buku Seyyed Hossein Nasr "Antara Tuhan, Manusia, dan Alam" tanpa sedikitpun menduga bahwa Partikel akan berkisah tentang manusia, alam, dan "spiritualitas".

Tapi, dalam jagad Supernova rekaan Dee, tidak ada yang kebetulan di dunia ini. Dan tiba-tiba saya teringat kutipan dalam novel Bilangan Fu-nya Ayu Utami: 

“Jika kebetulan terjadi terlalu banyak, seorang ilmuwan akan mencari pola, dan seorang beriman  akan mencari Tuhan”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PerempuanMembaca

Semua penulis di sini adalah perempuan yang menyempatkan waktu untuk membaca, budaya yang hampir punah ditelan oleh kesibukan, budaya yang hampir punah tergantikan oleh membaca status sosmed atau berita versi digital. Kami merindukan aroma buku, kami merindukan rehat dan bergelut dengan buku sambi menikmati secangkir teh atau kopi.




Cara Gabung Komunitas

Cara Gabung Komunitas

Cari

Hubungi Kami

Nama

Email *

Pesan *