Home Ads

Selasa, 13 Maret 2018

Resensi Buku Ustad Yusman Dawolo - Anak Desa Menuju Ke Surga, Tujuh Sahabat

Judul Buku: Ustad Yusman Dawolo - Anak Desa Menuju Ke Surga
Pengarang: Tujuh Sahabat
Penerbit: RI Media bekerjasama dengan Rumah lnfaq dan Pusat Bekam Ruqyah
Tahun Terbit: 2017
Genre: Biografi
Jumlah Halaman: 189
Nama pe-review: Mustamimul Rofiqoh


Review:
Buku ini menceritakan kisah sukses ustadz Yusman, dari awalnya Bukan siapa-siapa hanya seorang anak nelayan miskin yang hidup jauh di pulau kecil Nias, dan sekarang bertransformasi menjadi pengusaha muda sukses. Sukses membangun kehidupan dunia dengan usaha bekam dan ruqyah, dan membangung akhiratnya dengan yayasan Rumah Infaq. Beliau membekali dirinya terlebih dahulu sebagai seorang pengusaha yang kemudian menjadi modalnya untuk melakukan syiar islam.

Terlahir dari keluarga nelayan miskin di Surambau, pulau kecil di gugusan pulau-pulau sebelah utara pulau Nias, yang dihuni kurang lebih 50 kepala keluarga. Jauh dari kota dan fasilitas publik lainnya. Orang tua yang menjadi nelayan membuat keluarga ini hidup serba terbatas karena penghasilannya yang minim. Apalagi jika musim badai, orang tuanya tidak bisa melaut sama sekali, hanya mengandalkan hasil ladang untuk makan sehari-hari.

Hidup dengan keterbatasan, ustadz Yusman mengalami kesulitan dalam menuntut ilmu. Terpaksa meninggalkan kedua orangtuanya demi mendapatkan pendidikan yang baik bahkan sampai hijrah ke ibukota dengan mengandalkan beasiswa. Beliau mendapat dukungan luar biasa dari kedua orang tuanya. Mengingat jika hanya di pulau saja, ustadz Yusman tidak akan berkembang. Sudah kelihatan dari kecil beliau menyukai pelajaran agaman dan bahasa arab, juga suaranya sangat merdu dalam menghafal ayat suci Al-Qur'an. Oleh karenanya beliau mendapatkan beasiswa sarjana dari salah satu ormas islam.

Setelah menyelesaikan Sarjananya beliau resmi menjadi seorang dai yang memulai tugas pertamanya didaerah terpencil dan terisolir di pedalaman Ambon. Tidak ada listrik, tidak ada sinyal telpon seluler dan warga setempat masih menganut paham animisme. Dari sinilah titik beliau mengabdikan dirinya kepada umat. Membangun TPA dengan segala keterbatasan sampai membangun pondok pesantren kecil-kecilan dengan uang pribadinya dibantu dengan istri tercintanya yang ikut di boyong kesana.

Sepulang dari Ambon, Ustadz Yusman diminta kembali merintis usaha bekam dan ruqyah yang sempat dijalaninya saat kuliah tapi bangkrut. Beliau tidak langsung menerima karena faktor kegagalan sebelumnya. Dengan dalih ingin mengabdi di kampung halaman saja. Lewat evaluasi diri, mempelajari tentang ilmu keuangan, public speaking, SDM, marketing dan berbagai ilmu pendukung lainnya dari buku dan seminar-seminar, beliau memantapkan hati untuk membuka kembali pusat  bekam dan ruqyah (PBR).

Jatuh bangun usaha bekam ini dijalaninya hingga saat ini mempunyai 12 cabang di berbagai kota dengan omset sekitar Rp 700 juta perbulan dan mempunyai ratusan karyawan. Sekarang ini ustadz Yusman bisa dikatakan sebagai seorang pengusaha muslim muda karena mempunyai pusat bekam terbesar di Indonesia.

Membaca buku ini serasa menyelami kehidupan ustadz Yusman. Dari mulai masa kecilnya, masa-masa sulit menuntut ilmu sampai sesukses sekarang dengan usaha bekamnya.ada quote bagus dari beliau "memperhatikan dan peduli pada sesama, sama nilainya kita berinvestasi pada Allah. Kita menanam kebaikan maka kita pula akan memperoleh banyak kebaikan, begitupun sebaliknya."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PerempuanMembaca

Semua penulis di sini adalah perempuan yang menyempatkan waktu untuk membaca, budaya yang hampir punah ditelan oleh kesibukan, budaya yang hampir punah tergantikan oleh membaca status sosmed atau berita versi digital. Kami merindukan aroma buku, kami merindukan rehat dan bergelut dengan buku sambi menikmati secangkir teh atau kopi.




Cara Gabung Komunitas

Cara Gabung Komunitas

Cari

Hubungi Kami

Nama

Email *

Pesan *