Home Ads

Senin, 08 April 2019

Resensi Buku Istriku seribu, Emha Ainun Nadjib


Judul: Istriku seribu ( polimonogami monopoligami )
Karya: Emha Ainun Nadjib
Penerbit: Progress
Tahun: 2007
Genre: Nonfiksi
Pereview: Iyom Alexandria

"Allah menyatakan barangsiapa menyatakan satu cinta kepada Muhammad kekasih-Nya, maka ia akan membalasnya dengan seribu cinta".

Emha Ainun Nadjib atau biasa dipanggil dengan nama Cak Nun, menulis buku disela-sela kesibukannya mengurus para jam'ah maiyah diberbagai daerah. Cak nun mengatakan bahwa buku yang berjudul Istriku seribu ini adalah seri hidup, dimana akan terus diterbitkan seri-seri berikutnya. Uniknya dalam buku ini Cak Nun menghadirkan tokoh sentral bernama Kiai Sudrun. Yai Sudrun diceritakan sebagai maha guru. Sebenarnya keterkaitan Kiai Sudrun dalam buku ini adalah bentuk protes Yai Sudrun pada Cak Nun, sebab baginya Cak Nun hanya menambah persoalan remeh-temeh yang terus diulang-ulang oleh masyarakat kita. Buku ini justru tidak menceritakan secara gamblang soal poligami itu sendiri, justru menghadirkan perdebatan panjang antara Yai Sudrun dengan Cak Nun mengenai apa saja yg menjadi topik remeh-temeh yg terus diulang-ulang termasuk persoalan tentang Poligami. Buku ini berisi percakapan-percakapan antara mereka berdua. 

Pembahasan poligami menurut tokoh A mengatakan "Saya berpoligami karena menjalankan syari'at Islam" tokoh yg B bersebrangan ideologinya mengatakan "Bagaimana mungkin membolehkan poligami dan peperangan" yang satu omong "Berpoligami lebih bagus dan selamat daripada selingkuh dan melacur" yang lainnya mengungkapkan "Hak asasi wanita memberinya hak untuk menjadi pelacur ataupun menjadi Istri kedua" si seberangnya terdengar "Kalau laki-laki punya hak berpoligami maka wanita juga punya hak untuk berpoliandri". Begitu terus diulang-ulang, dijadikan sebagai bahan pergunjingan tanpa dicari landasan hukumnya pada khazanah agama, ideologi atau filsafat.

Menurut saya, buku ini bisa dijadikan rujukan untuk orang-orang yang sedang mencari arti hidup. Sebab buku ini banyak menggambarkan bagaimana seharusnya kita mengambil langkah dalam menjalani kehidupan yang orang-orangnya sudah mulai "embuh". Yang terpenting dalam buku ini, menyuruh kita untuk Cinta pada Rasul. Kunci dari segala kunci. Agar kita selamat dunia-akhirat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PerempuanMembaca

Semua penulis di sini adalah perempuan yang menyempatkan waktu untuk membaca, budaya yang hampir punah ditelan oleh kesibukan, budaya yang hampir punah tergantikan oleh membaca status sosmed atau berita versi digital. Kami merindukan aroma buku, kami merindukan rehat dan bergelut dengan buku sambi menikmati secangkir teh atau kopi.




Cara Gabung Komunitas

Cara Gabung Komunitas

Cari

Hubungi Kami

Nama

Email *

Pesan *