Home Ads

Rabu, 31 Juli 2019

Resensi Buku Kado Pernikahan dari Tuhan, Muhammad Hafidz

Judul: Kado Pernikahan dari Tuhan
Penulis: Muhammad Hafidz
Penerbit: Gemala
Tahun terbit: Juni, 2019
Cetakan: Pertama
Halaman: 63
Jenis buku: Puisi, Sastra
Peresensi: Uswah

Buku ini merupakan kumpulan puisi karya Muhammad Hafidz, Sarjana Sastra Arab yang kini menjadi doktor dan dosen di salah satu Institut Swasta. Penulis mendapatkan inspirasi menulis puisi dari beberapa latar tempat dan kejadian seperti di pesantren, kejadian bom di Surabaya, buku-buku yang dibaca penulis seperti salah satu judul dalam puisinya yaitu “Tuhan, Izinkan Aku Menjadi Pelacur” terinspirasi dari buku dengan judul sama yang ditulis oleh Muhidin Dahlan. Ada pula yang terinspirasi dari sosok ibunya. Penulis sendiri menuturkan bahwa separuh puisi dalam buku ini terinspirasi dari istrinya.

Judul buku “Kado Pernikahan dari Tuhan” diambil dari puisi urutan pertama, menjelaskan makna dari doa yang kerap disampaikan untuk pengantin baru “Sakinah, Mawaddah, Rahmah”. 

Pada halaman 8, saya menangkap makna filosofis nan indah dari puisi yang berjudul Santri (filosofi santri).



Ada puisi yang unik berjudul “Istrimu Manusia” pada halaman 28, mempuisisasikan sifat-sifat yang lumrah dimiliki seorang istri.

Selebihnya, separuh dari 45 puisi di dalamnya adalah romansa kisah cinta penulis yang dituliskan dengan begitu indah dan penuh makna filosofi.

Tapi yang perlu dikoreksi dalam buku ini adalah penulisannya yang tidak sesuai dengan PUEBI, banyak ditemukan salah ketik, juga tanda baca yang tidak pada tempatnya, saya kecualikan pada penulisan puisi-puisi yang terkadang sesuai permintaan penulis untuk ditulis dengan huruf kapital dan beberapa kata serapan yang tidak disesuaikan dengan kamus Bahasa Indonesia seperti tawadhu (seharusnya tawaduk), riyadhah (seharusnya riyadat), istiqomah (seharusnya istikamah), Qur’ani (seharusnya Qurani).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PerempuanMembaca

Semua penulis di sini adalah perempuan yang menyempatkan waktu untuk membaca, budaya yang hampir punah ditelan oleh kesibukan, budaya yang hampir punah tergantikan oleh membaca status sosmed atau berita versi digital. Kami merindukan aroma buku, kami merindukan rehat dan bergelut dengan buku sambi menikmati secangkir teh atau kopi.




Cara Gabung Komunitas

Cara Gabung Komunitas

Cari

Hubungi Kami

Nama

Email *

Pesan *