Home Ads

Rabu, 25 September 2019

Resensi Buku Magi Perempuan dan Malam Kunang-kunang, Guntur Alam

Judul: Magi Perempuan dan Malam Kunang-kunang
Penulis: Guntur Alam
Genre: Fiksi
Terbit: Agustus 2015
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tebal halaman: 176
Peresensi: Dian Nur hidayah

Siapa yang tak pernah mendengar Guntur Alam? Karya-karyanya bahkan dimuat di surat kabar dan sejumlah cerpennya juga kerap mendapat penghargaan

Kali ini buku kumpulan cerpennya bertemakan unsur magis, mitos-mitos, hal tragis dan adapula mengenai perempuan. Saya salah menduga karena awal membaca judul dan melihat sampul buku, saya kira penulis akan mengisahkan kisah-kisah   tentang perempuan saja, tapi ternyata berisi cerita-cerita yang beragam. Beberapa adalah adaptasi dari kisah-kisah yang sudah melegenda, baik lokal maupun dari luar negeri.

Kisah-kisah lokal yang dipaparkan cukup menggelitik untuk dinikmati. Seperti mengenai bujang lapuk yang dianggap jelmaan syetan karena tak kuasa menahan beban oleh sebab kematian kekasihnya. Ada pula kisah ketetem yang membawa petaka bagi para bujang. Kisah pilunya yang mati dengan tubuh telanjang di bibir lematang, menjadi peringatan bagi semua bujang agar tak dirayapi bala dimalam purnama yang pucat. Ada pula kisah adaptasi putri salju yang mengangkat cerita Ratu Revena sebagai tokoh utama. Ratu Revena sebelumnya adalah gadis buruk rupa yang meminta bantuan dedemit agar cantik dan menjadi penguasa. Ia marah ketika cermin mengatakan putri salju lah yang tercantik. Maka dibunuhlah sang putri dan ia mengubah diri menjadi putri salju agar bisa hidup bahagia dengan pangeran.

Kisah yang begitu sentimentil adalah 2 kisah tentang penyimpangan seksual yang dialami seorang bocah laki-laki. Menyadarkan kita bahwa "penyakit" tersebut terkadang tumbuh di luar keinginan manusia itu sendiri.

Banyak kisah tragis di sini yang dipaparkan dengan apik. Meski membacanya perlu pemahaman yang baik tentang karya sastra dan dahi yang mengeryit. Hampir semua cerita Guntur Alam sudah diterbitkan di koran-koran dan majalah, maka tidak heran cerpen-cerpennya diramu dengan ciamik dan cerdas.

Meski sayang tidak ada cerpen di buku ini yang berakhir bahagia, membuktikan bahwa penulis menyuguhkan kisah bagi penggemar karya yang gelap dan mencekam. Berbanding terbalik dengan sampul yang manis dan elegan, kisah-kisahnya cukup membuat bulu kuduk merinding

Seperti kutipan yang disuguhkan penulis di awal halaman "Caraku membutuhkanmu serupa rasa sepi yang tak bisa ku tanggung" Carson McCullers. Membaca cerpen-cerpen ini membuat hati mengeluh karena beberapa kisah menampilkan kesedihan yang mendalam, bahkan kejadian-kejadiannya terkadang di luar nalar manusia tapi bisa saja itu adalah nyata. Fakta yang seringkali terabaikan di lingkungan masyarakat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PerempuanMembaca

Semua penulis di sini adalah perempuan yang menyempatkan waktu untuk membaca, budaya yang hampir punah ditelan oleh kesibukan, budaya yang hampir punah tergantikan oleh membaca status sosmed atau berita versi digital. Kami merindukan aroma buku, kami merindukan rehat dan bergelut dengan buku sambi menikmati secangkir teh atau kopi.




Cara Gabung Komunitas

Cara Gabung Komunitas

Cari

Hubungi Kami

Nama

Email *

Pesan *