Home Ads

Sabtu, 29 Februari 2020

Resensi Buku Bang Ojol Menulis, Hanif Nanda Zakaria


Judul: Bang Ojol Menulis
Penulis: Hanif Nanda Zakaria
Penerbit dan tahun terbit: Penerbit Arah Baca, 2020
Jumlah halaman: 100 halaman
Genre: Fiksi
Peresensi: Ihdina Sabili

Belakangan ini kita sebagai manusia dituntut untuk selalu bergerak cepat. Mengikuti segala hal yang juga berpacu selekas kilat. Berkejaran dengan waktu yang semakin kesit melaju. Jika tak ingin tertinggal maka jangan sedikitpun lengah. Perubahan demi perubahan terus terjadi. Di manapun kapanpun dan dalam aspek apapun. Percepatan semakin terasa seiring berkembangnya teknologi yang membantu memenuhi kebutuhan manusia.

Di antara aspek yang paling penting adalah transportasi. Teknologi menjadi salah satu penentu kemajuan dan kesuksesan sebuah negara. Di Indonesia kurang lebih dua tahun terakhir ini telah marak fasilitas yang memudahkan transportasi manusia. Mereka biasa menyebutnya dengan ojek online, ojol. Ojek yang dulunya adalah sebuah jasa transportasi menggunakan sepeda motor kini dapat diakses secara online. Ini semua berkat kecakapan inovasi manusia dan percepatan teknologi sebagai alatnya.

Buku Bang Ojol Menulis ini berisi kumpulan tulisan oleh Hanif Nanda Zakaria, seorang driver ojek online yfibang berdomisili di Malang. Di dalam buku ini terdapat berbagai macam jenis tulisan. Mulai dari hasil percakapan random dengan penumpang. Hingga pemikiran Hanif mengenai isu yang tengah berembus kala itu. Sudut pandang dalam buku ini juga cukup beragam, mulai dari siswa, mahasiswa, karyawan hingga kalangan pesantren.

Beberapa artikel di sini membuka wawasan baru mengenai aspek kehidupan. Mulai dari pengenalan fitur dan suka duka menjadi driver ojol. Hingga pandangan driver ojol tentang berbagai polemik di dunia pendidikan dan perguruan tinggi. Contohnya ada pada tulisan berjudul Soal Jurusan Kuliah dan Mahasiswa Idealis dan Cerita Romansa. Ada juga esai bertopik hiburan dan perfilman, seperti dalam judul Joker Punya Sejarah dan Nostalgia Bermain Game. Wawasan tentang pesantren intropeksi diri tertuang pada judul Sopir Kyai dan Pengeras Suara Model Baru.

Bahasa yang dipakai oleh laki-laki kelahiran kota Mojokerto ini cukup ringan dan menggunakan gaya kekinian dengan menyentil kebaperan anak zaman now. Namun masih ada beberapa penulisan yang kurang sesuai dengan Pedoman umum Ejaan Bahasa Indonesia. Buku ini memberikan wawasan kepada pembaca tentang bagaimana sesungguhnya kehidupan seorang driver ojol juga selayaknya masyarakat pada umumnya. Bagaimana kebutuhannya, apa saja hak dan kewajibannya, apa yang dirasakannya.

“Tak terkecuali sebuah pekerjaan yang kita geluti. Niscaya ada dua hal yang mengiringinya. Ada suka, ada duka pula. Kalau tak ingin keduanya, ya tak usah bekerja.” Begitulah kutipan penulis dalam artikel berjudul Suka Duka Ber-Ojol yang menjadi pembuka isi buku ini. Tentu ini bisa diterapkan pada berbagai profesi lainnya. Bukankah apapun pekerjaannya, yang terpenting adalah mendapatkannya dengan cara halal dan barokah rezekinya. Suka dan duka adalah bonus yang akan berbeda-beda jenisnya. Jika setiap profesi ada perwakilan yang menuliskannya dengan gamblang, maka akan jelas semua pekerjaan yang ada di dunia ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PerempuanMembaca

Semua penulis di sini adalah perempuan yang menyempatkan waktu untuk membaca, budaya yang hampir punah ditelan oleh kesibukan, budaya yang hampir punah tergantikan oleh membaca status sosmed atau berita versi digital. Kami merindukan aroma buku, kami merindukan rehat dan bergelut dengan buku sambi menikmati secangkir teh atau kopi.




Cara Gabung Komunitas

Cara Gabung Komunitas

Cari

Hubungi Kami

Nama

Email *

Pesan *