Home Ads

Sabtu, 29 Februari 2020

Resensi Buku Bincang Akhlak, Takdir Alisyahbana Ridwan




Judul: Bincang Akhlak
Penulis: Takdir Alisyahbana Ridwan (Jek)
Penerbit: PT. Transmedia
Tahun terbit: 2019
Jumlah halaman: 233
Genre: Nonfiksi
Peresensi: Uswah 

***********
Terakhir di SMP aku mulai khatam sama kenakalan remaja. Waktu itu istirahat pertama, Faisal si laknat ngumpulin teman-teman cowok. Kayaknya ada hal mendesak yang perlu dibicarakan. 

Bro bro, rumahku kosong hari ini. Pulang sekolah, kita nonton film porno di rumah.” Faisal ngomongnya santai kayak ngajak main bola.

“Astaghfirullah. Ayo,” jawabku.

***********

Penggalan cerita tersebut ada di buku yang saya khatamkan sekali duduk berjudul #BincangAkhlak, judul buku dengan memakai hashtag sudah pasti bisa ditebak kalau penulisnya adalah selebtwit :) tidak heran di beberapa halamannya diselipkan tweet dari author dengan nama akun @jek___ (sretnya tiga 😌)

#BincangAkhlak menceritakan tentang kehidupan Jek, nama panggilan penulis yang merupakan anak ketiga dari bapak marbot masjid dan Ibu yang banyak bacot juga hobi nyiram toge. Buku ini terinspirasi dari kehidupan penulis sendiri, beberapa nama yang dicantumkan adalah nama asli, seperti Filayanti Saleh yang merupakan nama istrinya.

Ceritanya begitu unik dan menggelitik. Membaca lembar demi lembarnya selalu bikin tertawa. Saya percaya orang humoris memiliki kecerdasan yang tinggi, penulis adalah salah satunya.

Buku yang diselesaikan penulis kurun waktu 15 hari ini sudah cetak sampai 4 kali sejak 2019 hingga 2020, diselipkan beberapa ilmu pengetahuan agama dengan pembawaan yang lucu. Seperti sholat subuh dan ashar itu tidak ada ba’diahnya, sholat qobliah subuh itu lebih baik dari dunia seisinya. Tapi bahasanya memang bangke banget, seimbang antara maksiat dan pahala, dunia dan akhirat. 

Mungkin hal tersebut yang menjadikan buku ini laris manis. Tidak menggurui tapi mencerahkan. Sangat cocok untuk anak milenial. 

***********

Lagi asyik nonton tausyah di youtube ibu HRD datang.

“Gimana laporannya?” 
“Oh iya Bu sudah beres.” Kataku tanpa melihat matanya.
“Kalau ditanya tuh lihat mata orang!” 
“Maaf, Bu. Bukannya laki-laki harus menjaga pandangannya?” 
“Iya. Tapi itu mata kamu ke dada saya.”
“Lah, iya ya. Maaf, Bu. Maaf.”
Hadeeh ada-ada aja nih mata. 

***********

Ada beberapa kisah yang bikin terenyuh untuk ukuran buku yang ringan pembawaannya ini. Pertama saat Jek pulang tanpa memakai helm karena dicuri, akhirnya Jek ditangkap polisi karena tidak berhelm dan melanggar lantas, dulu saat kepepet gak ada uang Jek suka mencuri helm lalu dijual, sampai di sini dia sadar bagaimana nasib orang-orang yang dulu helmnya dicuri? Apakah ditangkap polisi juga? Atau malah kecelakaan dan kepalanya retak karena tidak pakai helm? Sejak saat itu Jek memutuskan berhenti mencuri helm. Semua orang menuai balasan dari apa yang dilakukannya.

Yang kedua, saat Jek menyaksikan ada kecelakaan dan si korban kecelakaan ini naza’ megap-megap, saat itulah Jek berinisiatif menelfon keluarga korban, ternyata ibunya murka kepada si korban karena mencuri perhiasannya lalu kabur, setelah Jek menjelaskan kondisi korban, si ibu histeris lalu meridloi dan memaafkan anaknya, barulah si korban ini meninggal dengan tenang karena sudah mendapatkan ridlo ibunya. Sejak kejadian itu, Jek yang sedari dulu suka mencuri uang bapaknya, bohong sama ibunya, hobi nyuri  helm, nonton film porno, suka minum-minum sampai mabok, dan hampir menyentuh narkoba langsung taubat. 

Saya menemukan beberapa seleb sosmed atau influencer yang memutuskan untuk menulis buku sesuai dengan karakter tulisannya di sosmed, nyatanya terkadang bukunya tidak seasyik dengan tulisan-tulisannya di sosmed. Tapi untuk buku ini saya langsung jatuh cinta, karena bukunya kocak, gak banyak mikir dan seasyik orangnya di akun sosmed. Lumayan merefresh otak di tengah kejenuhan self quarantine menghadapi pandemi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PerempuanMembaca

Semua penulis di sini adalah perempuan yang menyempatkan waktu untuk membaca, budaya yang hampir punah ditelan oleh kesibukan, budaya yang hampir punah tergantikan oleh membaca status sosmed atau berita versi digital. Kami merindukan aroma buku, kami merindukan rehat dan bergelut dengan buku sambi menikmati secangkir teh atau kopi.




Cara Gabung Komunitas

Cara Gabung Komunitas

Cari

Hubungi Kami

Nama

Email *

Pesan *