Home Ads

Selasa, 16 Juni 2020

Resensi Buku Istanbul, Orhan Pamuk


Judul Buku: Istanbul
Pengarang: Orhan Pamuk
Penerbit: Serambi
Tahun Terbit: 2009
Jumlah Halaman: 563
Genre: Memoar
Peresensi: Iffah Hannah

“Perlahan-lahan saya mulai mengerti bahwa saya mencintai Istanbul karena puing-puingnya, karena huzun-nya, karena kemegahan yang pernah ada dan kemudian hilang.” (hal. 529)

Istanbul adalah sebuah memoar yang ditulis Orhan Pamuk saat ia berusia 52 tahun. Memoar ini merekam ingatan Pamuk tentang masa kecil dan masa mudanya, ketika ia pernah bercita-cita menjadi pelukis sampai memutuskan untuk menjadi seorang penulis. Ingatan-ingatan ini berhubungan dengan hal-hal personal yang ia alami dan juga tentang kota Istanbul, tempat ia lahir, tinggal, dan tumbuh besar. Memoar ini dilengkapi dengan ratusan ilustrasi monokrom yang berasal dari arsip-arsip masa lalu; arsip dewan kota, foto-foto Ara Guller, Selahattin Giz, kartu pos Max Fruchtermann, gambar Le Corbusier, engraving dan lukisan Thomas Allom, Hoca Ali Riza, Halil Pasha, Melling, foto-foto keluarga Pamuk, serta foto yang diambil Pamuk saat muda. 

Pamuk sendiri adalah seorang peraih nobel sastra dari Turki dan termasuk salah satu penulis paling berani di Turki meskipun pernah didakwa dengan tuduhan pencemaran nama baik Turki karena menyebutkan soal genosida yang dilakukan Turki terhadap orang-orang Kurdi dan Armenia (persoalan genosida dan pembersihan budaya ini sempat disinggung sekilas di dalam memoar Pamuk). Pamuk dilahirkan dari salah satu keluarga paling kaya di Turki. Sehingga sejak kecil ia sudah memiliki akses pada buku-buku langka termasuk karya sastra dan filsafat Barat. Ini terlihat sekali di dalam memoarnya, bagaimana ia merujuk pada penulis-penulis Barat di masa akhir kesultanan Usmani dan penulis-penulis Turki di masa awal Republik Turki.

Pamuk menuliskan kenangan-kenangannya tentang Istanbul yang ia kenal di masa kecilnya; sebagai Istanbul yang muram dan penuh reruntuhan. Tema utama yang melingkupi seluruh memoar ini adalah apa yang ia sebut sebagai “huzun” atau melankolia kolektif yang dirasakan dan ditanggung oleh semua penduduk Istanbul yang mereka terima sebagai takdir mereka. Rasa melankolis ini muncul sebagai sebuah imbas dari transisi budaya antara masa lalu dan masa kini. Masa lalu itu direpresentasikan dengan kejayaan kesultanan Usmani yang dari rekaman dokumen para kelana Barat digambarkan sebagai Istanbul yang penuh keagungan dan masa kini direpresentasikan dengan masa Republik Attaturk yang modern, sekular, dan berkiblat ke Barat namun dipenuhi puing-puing kebesaran masa lalu. Dan di masa transisi budaya itu, orang-orang merasa tak lagi menemukan Istanbul yang dulu pernah begitu indah, dan hanya bisa merasakan keindahan-keindahan itu melalui mata Barat, misalnya dari lukisan-lukisan Melling tentang Istanbul. 

“Kemurungan dari kebudayaan yang sekarat ini terasa di mana-mana di sekeliling kami. Sebesar apapun hasrat untuk meniru Barat dan menjalankan modernisasi, tampaknya keinginan yang lebih mendesak adalah terlepas dari seluruh kenangan pahit dari kesultanan yang jatuh.” (hal. 41)
Pada akhirnya, memoar ini adalah sebuah dokumen ingatan yang membekukan kenangan-kenangan atas Istanbul di masa-masa akhir kesultanan Usmani dan masa awal berdirinya Republik dari mata Pamuk kecil dan Pamuk muda. Ingatan yang membuat pembaca memahami satu bagian kecil kesejarahan Turki sekaligus turut mengalami rasa melankoli yang melingkupinya. Dan bagi para pembaca setia Pamuk, “huzun” atau melankoli ini juga sangat terasa di buku-bukunya yang lain. Yang salah satunya digambarkan melalui sosok tokoh yang ia ciptakan; sebagai tokoh-tokoh yang melankolis dan menanggung kesedihan yang tak terelakkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PerempuanMembaca

Semua penulis di sini adalah perempuan yang menyempatkan waktu untuk membaca, budaya yang hampir punah ditelan oleh kesibukan, budaya yang hampir punah tergantikan oleh membaca status sosmed atau berita versi digital. Kami merindukan aroma buku, kami merindukan rehat dan bergelut dengan buku sambi menikmati secangkir teh atau kopi.




Cara Gabung Komunitas

Cara Gabung Komunitas

Cari

Hubungi Kami

Nama

Email *

Pesan *