Home Ads

Selasa, 09 Juni 2020

Resensi Buku Kejatuhan dan Hati, S. Rukiah


Judul Buku: Kejatuhan dan Hati
Penulis: S. Rukiah
Genre: Novel
Editor: Bilven, Sangdenai, Yerry Wirawan
Pengantar: Eka Kurniawan
Desain sampul: Yayat Yatmaka
Penerbit: Pernah diterbitkan Pustaka Rakjat, Djakarta, tahun 1950
Diterbitkan oleh Ultimus
Cetakan 1, Oktober 2017
Tebal halaman: xviii+102 hlm.;14,5×20,5 cm
Peresensi: Sarifah Mudaim

Novel "Kejatuhan dan Hati" (1950) adalah buku pertama dan salah satu karya utama S. Rukiah (1927-1996) sebagai salah satu generasi perempuan pertama yang menerbitkan karya pascaperang. Ia menembus dominasi pria dalam dunia tulis-menulis pada masa itu. Tapi sama seperti kebanyakan seniman Lekra lainya karena aktivitas politik kebudayaanya di Lekra. S. Rukiah dan karya-karyanya seakan terhapus dalam jejak sastra Indonesia, ia sempat ditahan, karyanya dilarang hingga akhirnya ia berhenti menulis.

Novel dengan latar belakang suasana revolusi sekitar tahun 1947-1949 ini menceritakan pergulatan batin sosok Susi. Seorang perempuan muda, sebagai tokoh utama cerita dalam novel, yang melawan banyak aturan-aturan dan sistem yang tidak adil dalam keluarga dan masyarakat. Ibunya terlalu banyak menuntut dan banyak keharusan-keharusan yang harus dipenuhi anak kepada orangtuanya. Akhirnya, Susi melarikan diri dari rumah dan bergabung dengan relawan palang merah yang tidak mempedulikan stigma perawan tua. Ia memilih bergabung di medan perang.

Di palang merah Susi bertemu dengan Luk, pemimpin garis depan perjuangan komunis. Ia belajar banyak tentang perjuangan, jatuh hati lalu patah hati. Ia terjebak antara perjuangan kemerdekaan dan cinta egois yang ia tuntut dari Luk. Luk mencintai Susi dan juga mencintai cita-cita perjuangan kemerdekaan komunis.

Sekilas buku ini sama seperti kisah roman yang tidak direstui menjadi patah hati, cinta yang terlanjur, penyesalan, rasa yang terombang-ambing, tanggung jawab dan cita-cita perjuangan. Novel ini disajikan dengan bahasa sederhana, mudah dipahami namun memikat hati. Jika suka membaca novel bernuansa cinta, tapi tidak mau melupakan sejarah, sepertinya buku ini sayang sekali kalau sampai dilewatkan. Romantis, puitis, dan tetap kritis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PerempuanMembaca

Semua penulis di sini adalah perempuan yang menyempatkan waktu untuk membaca, budaya yang hampir punah ditelan oleh kesibukan, budaya yang hampir punah tergantikan oleh membaca status sosmed atau berita versi digital. Kami merindukan aroma buku, kami merindukan rehat dan bergelut dengan buku sambi menikmati secangkir teh atau kopi.




Cara Gabung Komunitas

Cara Gabung Komunitas

Cari

Hubungi Kami

Nama

Email *

Pesan *