Home Ads

Rabu, 15 Juli 2020

Resensi Buku Wigati, Khilma Anis


Judul: Wigati, Lintang Manik Woro
Pengarang: Khilma Anis
Tahun: 2019
Penerbit: Telaga aksara
Halaman: 276
Genre: Fiksi
Peresensi: Farah Firyal

Jika berbicara tentang sastra pesantren sekarang, maka yang terbersit di pikiran adalah kisah cinta segitiga antara gus dan ning yang memiliki wajah tampan-cantik dan kesempurnaan lainnya. 

Sama seperti ketika berbicara tentang drama Korea dulu. Para penikmat drama Korea akan langsung teringat banyak drama yang mengangkat cerita cinta segi empat antara si kaya dan si miskin, laki-laki yang kaya, tampan, sempurna, jatuh cinta pada perempuan biasa yang tak cantik, ceroboh pula. 

Buku Wigati ini adalah oase di padang sahara. Ia berbeda. Menjadi berbeda tentu merupakan sebuah keunggulan, karena itu menunjukkan bahwa penulis memiliki gagasan baru dalam tren dunia sastra pesantren. Wigati tak bercerita tentang gus tampan dan ning cantik. Ia bercerita tentang seorang santri putri biasa bernama Lintang Manik Woro, teman-temannya memanggilnya Manik. 

Dikisahkan bahwa suatu hari di pesantren tempat Manik mondok, banyak terjadi hal-hal menyeramkan. Para santri memperhatikan hal-hal aneh sering terjadi setelah ada santri bernama Wigati. Banyak gosip tentang Wigati. Pondok pernah dibuat ramai saat ada seorang santri kesurupan lalu tiba-tiba diam saat dihampiri oleh Wigati.  Wigati tak melakukan apa-apa. Ia hanya membisikkan sesuatu di telinga santri yang kerasukan tadi. Setelah peristiwa itu, Wigati dikenal sebagai santri yang istimewa. 

Beberapa kali santri mengaku ke kamar mandi tengah malam bersama Wigati.  Ternyata di waktu yang sama, Wigati sedang tertidur pulas di kamarnya. Wigati memang misteri. 

Manik mencoba memberanikan diri untuk berteman dengan Wigati. Setelah mereka berdua berteman cukup lama, Wigati mulai bisa terbuka pada Manik. 

Suatu hari, datang seorang pria bernama Hidayat Jati ingin menemui Wigati. Wigati yang enggan menemui pria itu meminta tolong kepada Manik untuk menemuinya. Pertemuan Manik dan Hidayat Jati membuka awal petualangan dalam buku ini. Terkuak kisah tentang hidup Wigati yang kelam. Ia merupakan seorang anak dari wanita yang ditinggal pergi oleh suaminya. Wigati tak tahu siapa ayahnya. 

Buku ini bercerita tentang perjalanan Wigati mencari ayah kandungnya. Tak hanya itu, terkuak pula bahwa kakek Wigati adalah seorang empu sakti pembuat keris. Ia mewariskan sebuah keris bertuah untuk Wigati yang diberi nama Nyai Cundrik Arum. Di akhir hayatnya, ia membuat keris lain yang diberikan kepada seorang kiai yang tidak lain adalah orang tua dari ayah kandung Wigati.

Bisakah Wigati dan Manik menyatukan dua keris tersebut? Akankah Wigati menemukan siapa ayah kandungnya?

Khilma Anis adalah seorang pendongeng yang ulung. Membaca buku Wigati terasa seperti menonton film garapan Joko Anwar. Di bagian-bagian awal, penggambaran suasana mencekam di pesantren sangat terasa sampai membuat merinding. Pemilihan diksi dan penggambaran karakternya juga begitu indah. Ada banyak sejarah-sejarah Jawa ikut ditampilkan dalam buku ini. Wawasan Khilma Anis tentang kerajaan Jawa dan keris tak main-main. Saya sangat merekomendasikan buku ini untuk dibaca. Orang-orang harus tahu ada sastra pesantren sekeren buku Wigati ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PerempuanMembaca

Semua penulis di sini adalah perempuan yang menyempatkan waktu untuk membaca, budaya yang hampir punah ditelan oleh kesibukan, budaya yang hampir punah tergantikan oleh membaca status sosmed atau berita versi digital. Kami merindukan aroma buku, kami merindukan rehat dan bergelut dengan buku sambi menikmati secangkir teh atau kopi.




Cara Gabung Komunitas

Cara Gabung Komunitas

Cari

Hubungi Kami

Nama

Email *

Pesan *