Home Ads

Senin, 17 Agustus 2020

Resensi Buku Berani Tidak Disukai, Ichiro Kishimi & Fumitake Koga


Judul: Berani Tidak Disukai
Penulis: Ichiro Kishimi & Fumitake Koga
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Genre: Nonfiksi
Tebal: 323 Halaman
Peresensi: Vivi Nadhor

Buku karya dua orang Jepang ini sekilas judulnya provokatif ya, padahal kalau kita sudah mendalami isinya benar-benar berbobot. Baik, mari kita ulas buku yang memaparkan individual psychology dan merupakan ekstraksi berbagai pemikiran serta ajaran Alfred Adler (1870-1937)

Jika biasanya dalam buku ilmiah tiap pembahasan dibagi dalam beberapa bab maka dalam buku ini diistilahkan "malam" sebagai pengganti kata bab. Ditulis dengan gaya naratif antara seorang filsuf dan seorang pemuda, yang pemuda itu tiap malam mendatangi seorang filsuf hingga lima malam berturut-turut untuk melontarkan berbagai pertanyaan tentang bagaimana manusia bisa meraih kebahagiaan. Lalu dalam lima malam tersebut sang filsuf memberikan jawaban-jawaban sederhana yang tidak terbelit-belit atas pertanyaan filosofis si pemuda.

MALAM PERTAMA, Menyangkal keberadaan trauma
MALAM KEDUA, Semua persoalan adalah tentang hubungan interpersonal
MALAM KETIGA, Menyisihkan tugas-tugas orang lain
MALAM KEEMPAT, Di manakah pusat dunia ini
MALAM KELIMA, Hidup dengan sungguh-sungguh di sini pada saat ini

Dalam buku Berani Tidak Disukai, kita akan menemukan jawabannya yang secara garis besar berkata bahwa hidup bahagia itu bukan hal rumit asal kita mampu mengubah pola pikir, membuang rasa ingin diakui yang motivasinya ingin dapat pujian. Maka kita perlu membaginya menjadi konsep berbagi tugas. Menurut Adler, tugas itu ada dua: Pertama, tugas kita adalah pilih dan lakukan apa yang kita percaya. Kedua, bagaimana orang lain melihat pilihan dan apa yang kita lakukan, merupakan tugas orang lain yang tentu saja tidak bisa kita kontrol.

Hal itu karena kita tidak hidup untuk semua harapan orang lain. Kita tidak akan pernah mengecap rasa bahagia jika semua komentar orang lain dijadikan beban yang wajib dituruti dan terlalu berfikir apa kata orang, merasa rendah diri, yang akhirnya menimbulkan rasa tidak bahagia.

Pelajaran penting dalam buku ini:

- Jangan jadikan pujian sebagai candu
- Hindari persaingan
- Fokus pada pilihan kita dan fokus untuk menjadi orang yang bermanfaat.

Bahwa bahagia berawal dari pikiran kita, maka singkirkan yang tidak penting dalam pikiran dan bahagialah kita sekarang juga. 

Buku ini termasuk bacaan yang penting untuk memperkaya jiwa dan mematangkan diri. Ternyata bahagia itu sederhana. Hanya menjadi manusia yang berani untuk tidak disukai. Demikian, semoga bermanfaat.

1 komentar:

PerempuanMembaca

Semua penulis di sini adalah perempuan yang menyempatkan waktu untuk membaca, budaya yang hampir punah ditelan oleh kesibukan, budaya yang hampir punah tergantikan oleh membaca status sosmed atau berita versi digital. Kami merindukan aroma buku, kami merindukan rehat dan bergelut dengan buku sambi menikmati secangkir teh atau kopi.




Cara Gabung Komunitas

Cara Gabung Komunitas

Cari

Hubungi Kami

Nama

Email *

Pesan *