Home Ads

Senin, 30 November 2020

Resensi Buku Seoul Survivor, Hana AK


Judul Buku: Seoul Survivor
Pengarang: Hana AK
Penerbit: KBM Indonesia
Tahun Terbit: 2020 
Jumlah Halaman: 105
Genre: non Fiksi
Nama Peresensi: Aida Mudjib

Seoul Survivor ditulis oleh Hana AK, awardee LPDP yang berkesempatan menempuh pendidikan di SNU, Korea Selatan. Di buku ini, Hana menuliskan banyak pengalaman menarik selama mengenyam pendidikan di Korea lengkap dengan dokumentasiny. Tak hanya itu, kehidupan di luar kampus juga dikisahkan, seperti fangirling dan liburan di luar Korea yang dikemas dalam 7 chapter.

Di chapter 1 dan 2 Hana menceritakan detail tentang Persiapan dan Seleksi LPDP lengkap dengan FAQ hingga Persiapan Pendaftaran SNU. Semua diceritakan dengan gaya santai namun sangat mendetail. Tidak hanya pengalaman dan proses, namun juga opini penulis mengenai isu-isu terkini. Ketika menulis esai tentang dwikewarganegaraan, Hana yang kontra akan hal tersebut menuliskan.

"kalau memang orang itu mencintai Indonesia dan ingin berkontribusi lebih banyak, seharusnya dia lepas saja salah satu kewarganegaraannya dan menjadi warga negara Indonesia yang siap melaksanakan kewajiban dan menerima haknya sebagai warga negara Indonesia secara utuh. Masalah perpajakan, seharusnya jika memang orang tersebut mencintai Indonesia dan ingin membangun Indonesia lebih baik lagi, bayarlah pajak tepat pada waktunya bukannya malah menghindar. Like what Mrs. Sri Mulyani, Minister of Finance said Productive people give more to the society, and also tend to earn more. So, jika memang mereka (dan kita) peduli akan Indonesia, sudah seharusnya kita bersedia untuk membayar pajak tepat waktu."

Kehidupan awal di Seoul adalah bagian buku berikutnya. "Pertama kali saya menginjakkan kaki di Seoul, suhu dingin 4 derajat menyambut saya. Walaupun setahun sebelumnya saya sudah pernah ke Korea, tetap saja saya masih agak  bingung mencari tempat pembelian tiket bus bandara karena sebelumnya saya ke Korea dalam rangka study tour melihat kampus-kampus di Korea, jadi segala sesuatunya sudah diurus oleh penyelenggara acara. Setelah sampai di kost, bapak kost mengantar saya ke apartemen keluarganya. Di sana sudah ada ibu kost dan anaknya, yang saya panggil eonni (dalam bahasa Korea artinya kakak perempuan) menyambut saya dengan suka cita. Letak apartemen keluarga bapak kost di lantai 8, sehingga pada saat malam hari saya dapat melihat pemandangan lampu gedung-gedung perkantoran dari jendela kamar saya, persis seperti di drama-drama korea >.< sedangkan di sisi sebaliknya, jendela kamar eonni, menghadap langsung ke Sungai Han. Sungguh pemandangan yang mengagumkan.”

Hana juga menceritakan bahwa LPDP memberikan living allowance per bulan bagi mahasiswa di Korea sebesar 1.035.000 won. Setiap mendapatkan LA ini, ia selalu menyisihkan langsung sebesar 335.000 won untuk ditabung. Sisanya digunakan untuk biaya kebutuhan hidup selama sebulan. "Teman-teman saya di Korea sempat bertanya berapa uang bulanan yang diberikan negara ke saya. Saat saya menjawab dengan nominal di atas, reaksi kebanyakan dari mereka adalah “Wah sedikit sekali, apakah cukup?” “Kamu yakin dapat hidup hanya dengan uang sebesar itu?”.

Di Chapter 4 ada Kehidupan Akademik di SNU; Chapter 5 mengisahkan tentang Kehidupan sehari-hari di Korea. Lalu Chapter 6 tentang Kehidupan Fangirling, kebetulan Hana adalah fans berat Mamamoo dan menggemari K-pop secara umum. Bagi penyuka musik Korea, Bab ini wajib baca.

Yang paling saya suka adalah chapter terakhir, It’s Travelling Time! Hana menggunakan tabungannya tidak hanya untuk berwisata di Korea, mengunjungi Busan, Jeonju, Pulau Nami, Pulau Jeju, Gangneung, Minseokchun Korean Folk Village tapi juga berkesempatan untuk Ibadah Haji dari Korea.

"Sudah lama saya bercita-cita ingin menunaikan ibadah haji namun melihat waktu tunggu di Indonesia yang sangat lama dan belum adanya uang yang cukup membuat saya mengurungkan sementara niat tersebut. Entah kenapa memasuki semester 3, keinginan tersebut datang kembali membuat saya iseng mencari tahu bagaimana cara pergi ke tanah suci dari Korea menggunakan visa pelajar (D2). Kebetulan salah satu senior saya sudah berangkat di tahun 2018 dan dari beberapa artikel yang saya baca, seorang wanita bisa pergi haji dari Korea apabila berangkat bersama mahramnya, baik itu suaminya maupun ayah dan saudara kandung lelakinya. Saya sempat berpikir saya tidak akan bisa pergi haji dari Korea karena saya belum mempunyai suami sebagai mahram, sedangkan ayah serta adik laki-laki saya juga tidak memiliki visa tinggal di Korea. Tetapi ternyata Allah berkata lain. Ketika saya cek kembali postingan terbaru, tertulis bahwa untuk rombongan haji tahun 2019, wanita yang tidak memiliki mahram di Korea dapat menunaikan ibadah haji."

Nah, bagi pembaca yang kebetulan ingin juga pergi haji tanpa daftar tunggu, buku ini lengkap memberikan tips dan cerita pengalaman berbeda, bagaimana berangkat dari Korea dibandingkan dengan berangkat dari Indonesia.

Seoul Survivor adalah cerita tentang survive di kehidupan, tidak hanya di Seoul. Lakukan yang terbaik, bersenang-senang itu perlu, dan yang utama jangan lupa beribadah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PerempuanMembaca

Semua penulis di sini adalah perempuan yang menyempatkan waktu untuk membaca, budaya yang hampir punah ditelan oleh kesibukan, budaya yang hampir punah tergantikan oleh membaca status sosmed atau berita versi digital. Kami merindukan aroma buku, kami merindukan rehat dan bergelut dengan buku sambi menikmati secangkir teh atau kopi.




Cara Gabung Komunitas

Cara Gabung Komunitas

Cari

Hubungi Kami

Nama

Email *

Pesan *