Home Ads

Sabtu, 26 Desember 2020

Resensi Buku From Parody to Humanity, Handy Fernandy


Judul buku: From Parody to Humanity

Penulis: Handy Fernandy

Penerbit: Ratna Media Utama

Tahun terbit: Oktober 2020

Genre: Nonfiksi

Peresensi: Uswah


Jika teman-teman main di sosmed platform facebook saya sarankan untuk stalking grup fb Cocoklogi Science, karena hadirnya buku ini tidak luput dari eksistensi sebuah grup fb.


Menurut deskripsi yang tertera dalam grup fb, Cocoklogi Science (selanjutnya disingkat CS) adalah grup yang memparodikan diktatorisme nyentrik ala Kim Jong Un serta General Aladeen. Di dalam grup tidak mengenal adanya demokrasi, asas yang dianut adalah suka-suka Ngademin (panggilan untuk admin grup). Ngademin dipanggil Yang Mulia oleh Rakjel atau rakyat jelata (sebutan untuk member grup). Grup CS digandrungi oleh puluhan ribu member, di-bully admin menjadi hak member. Anehnya, member tampak bahagia ketika di-bully oleh admin. Grup CS layaknya kerajaan dunia maya yang berjalan harmonis antara admin dan member. Di grup CS, kasta tertinggi adalah admin, meski member adalah artis, selebgram, crazy rizh, orang VVIP sekali pun di dunia nyata, tetap saja kalau nyemplung CS ia jadi rakjel. Grup CS memang berisi shit posting dengan ulasan cerdas para member, jangan harap bisa sok asyik dengan kata-kata njir, anjir, bjir, cuk, dan kata-kata kotor lainnya kalau tidak mau di-BANNED THANKS oleh admin, mem-bully admin juga menjadi persoalan besar karena resikonya adalah banned. Ketika member di-banned, hal yang harus dilakukan jika ingin di-unban dari grup adalah menghubungi fanpage CS kemudian member wajib mengirimkan dokumentasi saat menanam pohon, memungut sampah, memberi makan orang miskin, membeli kopi di kedai/warung, atau membeli buku yang ditulis oleh pengarang lokal. Cemerlang, bukan? 


Founder CS adalah para admin yang menyukai ufologi dan awalnya tergabung dalam grup Beta-UFO, pembuatan grup CS sebagai solusi terhadap orang-orang yang kerap salah alamat dengan mencocokkan fenomena alam yang seharusnya diteliti dengan kajian ilmiah justru dihubungkan dengan hal-hal yang berbau agamis, mitos, klenik, dsb. Pembuatan grup CS disepakati melalui kopi darat. Tersebutlah nama Rizki Afriono, Riskawuni, Chris Hutama Mahargia, Handy Fernandy, dan Ranggie Ragatha sebagai Board of Founder (BOF) atau pendiri grup CS. 


Deklarasi grup CS pada hari Sabtu, 27 Juni 2013 mengalami dinamika perkembangan yang signifikan, BON atau Board of Ngademin mulai mengembangkan misi pencarian ilmu pengetahuan dengan mengunjungi situs-situs budaya nasional hingga luar negeri. Kecintaan kepada grup menginisiatif member untuk meminta dibuatkan beberapa merchandise yang sengaja dibandrol admin dengan harga mahal untuk keperluan traktiran kopdar, baik kopdar di wilayah nusantara atau pun kopdar di luar negeri (kopdar tertinggi CS di Kyajin Gompa, Nepal, Februari 2020), dan melampaui ekspektasi, merchandise selalu terjual habis dengan keuntungan yang fantastis.


“Budayakan hidup boros, karena di balik sikap boros kita tersimpan rezeki milik orang lain”


Grup CS yang selalu naik daun dari masa ke masa dan menjadi pemberitaan di beberapa media daring memikat buzzer-buzzer politik yang ingin menggaet CS untuk ikut andil dalam carut-marut politik dengan iming-iming rupiah yang tidak sedikit, namun Ranggie Ragatha menolak ajakan buzzer agar CS tetap berdiri tegak sebagaimana khittah-nya. Banyak pihak yang hasud, sehingga dari awal berdiri CS hingga diterbitkannya buku ini terhitung 6 kali dihanguskan karena report massal. 


Pada tahun 2018 banyak terjadi bencana alam, admin CS bekerjasama dengan member membantu para saudara yang terkena bencana alam, kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Dari foya-foya menjadi misi mulia. Pada tahun 2019, BON dan BOF CS mendirikan Yayasan Graisena (Gerakan Indonesia Sadar Bencana) yang tidak hanya berperan membantu para korban bencana alam atau wabah dengan menugaskan beberapa relawan, namun juga membantu dengan memberikan donasi yang dihasilkan dari penjualan merchandise CS dan lelang yang dilakukan secara suka rela baik oleh admin atau pun member. Yayasan resmi didirikan pada 7 Februari 2020 sesuai dengan tanggal keluar akta notaris dan SK Kemenkumham. Agung Firmansyah, salah satu BON CS didapuk menjadi ketua yayasan, Ranggie Ragatha menjadi ketua dewan pengawas, Subhan Nur Hakim sebagai pembina, sedangkan penulis buku ini, Handy Fernandy sebagai bendahara, dan Iqbal Maulana Priyono sebagai sekretaris.


Graisena pun viral hingga dikenal oleh para petinggi pemerintahan RI. Dana yang dikeluarkan untuk kemanusiaan oleh Yayasan Graisena mencapai milyaran rupiah dan puncaknya adalah pada saat masuknya pandemi covid-19. Sebagai transparansi keuangan, dana yang dikeluarkan oleh Yayasan Graisena dilaporkan secara berkala di grup CS. Tidak hanya bantuan yang berupa dana, Graisena juga mendapatkan bantuan dari member berupa gedung untuk operasional kegiatan, mobil wuling confero untuk penyaluran bantuan, dan masih banyak lagi. Panjang umur kebaikan!


Pembahasan yang tak kalah menarik di buku ini ada di halaman 91 tentang Filosofi Menunduk Yayasan Graisena. Gestur menunduk saat menyerahkan bantuan oleh para relawan bukan tanpa sengaja, sebab ketika memberikan bantuan hendaknya tidak boleh merendahkan penerima bantuan. Demikianlah filosofi yang diungkapkan Ranggie Ragatha. 


Overall, buku ini sangat sistematis pembahasannya, fokus dan tidak melebar ke mana-mana. Bahasanya mudah dicerna dan diulas dengan rapi, dokumentasi beberapa aktivitas baik di CS maupun Graisena juga cukup komplit. Penulis sangat piawai mengisahkan bagaimana perjalanan sebuah grup fb CS (from parody) menjadi Yayasan Graisena (to humanity). Namun disayangkan, masih banyak kata yang salah ketik (typo) dan inkonsisten dalam kaidah bahasa dan penulisan.

4 komentar:

  1. salam dari rakjel yang selangkangan nya hitam metalic

    BalasHapus
  2. Hai, Terima kasih telah membaca dan menulis resensi buku CS. Bagus sekali 😊😊

    BalasHapus
  3. Hai, Terima kasih telah membaca dan menulis resensi buku CS. Bagus sekali 😊😊

    BalasHapus

PerempuanMembaca

Semua penulis di sini adalah perempuan yang menyempatkan waktu untuk membaca, budaya yang hampir punah ditelan oleh kesibukan, budaya yang hampir punah tergantikan oleh membaca status sosmed atau berita versi digital. Kami merindukan aroma buku, kami merindukan rehat dan bergelut dengan buku sambi menikmati secangkir teh atau kopi.




Cara Gabung Komunitas

Cara Gabung Komunitas

Cari

Hubungi Kami

Nama

Email *

Pesan *