Home Ads

Jumat, 18 Juni 2021

Resensi Buku​ Le Petit Prince (Pangeran Cilik), Antoine De Saint-Exupery

source: amazon

 

Judul Buku​: Le Petit Prince (Pangeran Cilik)

Pengarang​: Antoine De Saint-Exupery

Cet. Pertama​: 2011

Hal​​: 118

genre: Fiksi

Peresensi​: Nur Kholilah Mannan

Buku ini bekisah tentang seorang Pangeran Cilik yang mengelilingi planet-planet bersama seorang pemuda yang terdampar di gurun pasir karena kerusakan mesin pesawat yang ia tumpangi sendirian. Setiap penggal cerita disertai dengan ilustrasi yang unik. Dari ilustrasi dan sampulnya, novel ini seperti ditujukan untuk anak kecil sebagai bahan dongeng sebelum tidur. Tapi ternyata saya keliru, kisah novel ini adalah renungan bagi manusia utamanya yang mengaku dewasa.

Antoine dalam pengantarnya mengatakan “Semua orang dewasa pernah menjadi anak-anak (sekalipun hanya sedikit yang ingat).” Agaknya alasan inilah yang menjadi sebab tertulisnya kisah epik nan reflektif ini.

Saya mengatakan itu karena manusia dewasa terkadang lupa pada hal lain di luar urusannya dan menganggap itu tidak penting. Seperti ketika si pemuda memperbaiki mesin pesawatnya dan Pangeran Cilik bertanya banyak hal yang menurut si pemuda adalah hal remeh, si pemuda mengacuhkannya dengan berkata, “Aku sedang sibuk dengan hal-hal serius.” Pangeran Cilik yang tidak pernah melupakan pertanyaannya itu kesal dan menggerutu, “Kamu bicara seperti orang dewasa.”

“Seperti orang dewasa,” sejatinya bukan orang dewasa. Ya, seperti itulah manusia menganggap dirinya sudah layak disebut dewasa dengan melakukan pekerjaan rumit menurut anak kecil. Padahal dewasa tidak sesederhana itu.

Itu masih macam manusia pertama. Perjalanan Le Petit Prince merupakan rangkuman dari sebagian kecil karakter manusia di muka bumi ini. Selanjutnya karakter seorang raja yang menguasai asteroid kecil, saking kecilnya sampai seluruh permukaan asteroid itu tertutup oleh jubah indahnya. Bukan karena jubahnya yang besar tapi memang karena daerah kekuasaannya yang begitu sempit. Ia merasa berkuasa hingga seluruh perintahnya harus dipatuhi, pun oleh rakyat pertamanya itu. Agar Pangeran Cilik tidak pergi, sang Raja mengangkatnya menjadi menteri meski andai tidak ada yang akan diadili ia boleh mengadili dirinya sendiri. Perintah ini membuat Pangeran Cilik menggerutu lagi, “Orang-orang dewasa amat ganjil.”

Raja yang menganggap semua orang adalah rakyatnya, mencerminkan karakter seorang yang sombong hingga menganggap semua orang adalah pengagumnya. Ia tidak mendengar pertanyaan Pangeran Cilik karena yang ia dengar hanyalah pujian semata. Menurutnya, kekaguman adalah pengakuan akan kelebihannya dari orang lain padahal dia sendirian di planetnya. Lagi-lagi keganjilan orang dewasa.

Yang tak kalah ganjilnya adalah karakter si pengusaha. Ia serius sekali menghitung bintang kemudian ia klaim miliknya. Ia membeli bintang untuk kemudian disimpan di bank, dan ia tertulis sebagai pemilik banyak bintang di angkasa. Ya, cukup itu saja tujuannya menghitung jumlah bintang. Orang dewasa sangat luar biasa.

Planet selanjutnya berisi seorang penyulut lentera, ia taat aturan bila matahari terbenam ia menghidupkan lentera seakan memberi penerangan saat malam dan bila mentari terbit ia memadamkannya. Begitu terus sampai matahari berputar sekali dalam satu menit. Ia tetap patuh meski tak sempat istrirahat. Tidak masuk akal namun lebih baik dari karakter-karakter sebelumnya.

Planet selanjutnya berisi seorang ilmuwan yang mencatat ilmu bumi dan ia menyarankan Pangeran Cilik untuk mengunjungi bumi karena nama baik. “Bumi, memiliki beratus lipat karakter seperti di atas, 111 raja, 900 ribu pengusaha 7,5 juta pemabuk, kau bisa bayangkan betapa luas dan beraneka ragamnya bumi. Dan ratusan bunga mawar serta gunung yang begitu runcing dan menjulang tinggi.”

Fakta terakhir membuatnya sadar bahwa ia bukanlah sosok terkaya yang memiliki sekuntum mawar di planetnya. Semua yang ia tahu dan ia miliki di planetnya adalah bagian kecil dari kekayaan alam. Nyatanya semakin jauh berjalan semakin membuka kebenaran bahwa kita sangatlah miskin dan papa.

Kisah Pangeran Cilik memberi peringatan bahwa baik rumah, harta, binatang, maupun gurun pasir, yang membuatnya indah adalah hal yang tidak tampak di mata. Harta karun yang berabad-abad lalu menjadi impian semua orang tidak pernah terlihat, cita-cita yang kita perjuangkan memiliki magnet luar biasa agar kita bergerak dan berjuang. Yang membuatnya indah adalah masa depan yang belum terlihat. Itulah yang membuat pemuda mencintai Pangeran Cilik, inspiratif dan tidak pernah melupakan pertanyaannya.

Itulah cerita seminggu Pangeran Cilik dengan seorang pemuda, dikemas dengan alur unik dan inspiratif. Pembaca dengan bermacam usia akan mudah memahami alurnya karena bahasa yang dipakai ringan dan mudah dipahami. Namun tidak dengan pesannya, guru saya pernah bilang tentang buku ini, ”Membaca novel bagus jangan terburu mengkhatamkannya, termasuk novel ini, duduklah dengan tenang resapi setiap kalimat yang dibaca baru kau akan merasakan keelokannya”

Tak ayal, saat pertama kali membacanya di atas kendaraan dalam keadaan penuh dengan penumpang, saya hanya melewati banyak halaman tanpa mengerti pesan. Alhasil saya mengulangnya lagi dan barulah paham bahwa menjadi pembaca –yang mengaku dewasa, haruslah tenang dan tidak mengabaikan hal kecil. Satu pesan yang membekas dalam benak saya; orang-orang sekali-sekali lalai padahal sekali itu cukup.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PerempuanMembaca

Semua penulis di sini adalah perempuan yang menyempatkan waktu untuk membaca, budaya yang hampir punah ditelan oleh kesibukan, budaya yang hampir punah tergantikan oleh membaca status sosmed atau berita versi digital. Kami merindukan aroma buku, kami merindukan rehat dan bergelut dengan buku sambi menikmati secangkir teh atau kopi.




Cara Gabung Komunitas

Cara Gabung Komunitas

Cari

Hubungi Kami

Nama

Email *

Pesan *