Home Ads

Sabtu, 11 Februari 2023

Resensi Wesel Pos, Karya Ratih Kumala

sumber: dokumentasi Sarifah

Judul Buku: Wesel Pos
Pengarang: Ratih Kumala
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Jumlah Halaman: 100 Halaman
Genre: Sastra
Peresensi: Sarifah Mudaim

Buku ini bagiku lumayan unik sekaligus menarik sebab penulis menggunakan sudut pandang yang jarang digunakan kebanyakan penulis yakni wesel pos. Wesel pos yang saat ini mulai banyak ditinggalkan dan sudah jarang digunakan seolah-olah bercerita tentang segala kejadian yang ia rasakan dan ia lihat selama berpetualangan bersama Elisah ke ibu kota. Si Wesel Pos lecek bercerita dengan sangat menarik, berkarakter layaknya manusia yang bisa marah jika dihianati dan diabaikan begitu saja.

Kisah bermula ketika Elisah, seorang gadis asal Purwodadi yang memutuskan untuk mencari kakaknya yang bernama Ikbal Hanafi ke Jakarta. Elisah ingin memberitahu kabar tentang kematian sang ibu kepada kakaknya yang belakangan ini hampir dua tahun lebih tidak pernah pulang ke kampung halaman pun tidak pernah menelpon untuk menayakan kabar keluarga. Berbekal alamat yang tertera di atas selembar wesel pos yang setiap bulan dikirimi oleh sang kakak ke kampung, Elisah pun berangkat dengan bus ekonomi antar provinsi.

Namun sayangnya, Jakarta yang terlalu "keras" membuatnya kalah, bahkan di hari pertamanya menginjakan kaki di sana. Tas dan seluruh bekalnya dari kampung raib di terminal. 

Ketika melapor ke polisi pun Elisah hanya mendapatkan selembar kertas kehilangan untuk keperluan pembuatan KTP baru. Beruntungnya, pak polisi mau berbaik hati kepada Elisah  mau mengantarkan ke alamat kantor Ikbal bekerja yang tertera di wesel pos. 

Alih-alih bertemu dengan Ikbal sang kakak, Elisah justru terjebak di dalam kehidupan keras bersama Fahri. Fahri adalah supir pribadi bos Lukman, teman dari kakaknya  yang ternyata selama ini mengirimi uang melalui Wesel Pos tersebut. Melalui Fahri, Elisah sadar bahwa Jakarta "hanya" diperuntukkan bagi orang-orang "sakti", orang-orang yang entah bagaimana mampu melewati segala hiruk-pikuk dan kesemrawutan ibu kota.

Akankah Elisah dapat bertemu dengan Ikbal kakaknya?  Terjebak di dalam kehidupan seperti apakah Elisah bersama Fahri? Bagaimanakah kelanjutan cerita petuangan Elisah di Jakarta? 

Buku bacaan sekali duduk ini ringan dan mengalir begitu saja, enak dibaca namun begitu ngena dan membuat pembacanya  terngiang-ngiang dengan alur ceritanya. Cerita biasa dengan teknik kepenulisan yang luar biasa harus banget dibaca. Sayang kalau dilewatkan begitu saja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PerempuanMembaca

Semua penulis di sini adalah perempuan yang menyempatkan waktu untuk membaca, budaya yang hampir punah ditelan oleh kesibukan, budaya yang hampir punah tergantikan oleh membaca status sosmed atau berita versi digital. Kami merindukan aroma buku, kami merindukan rehat dan bergelut dengan buku sambi menikmati secangkir teh atau kopi.




Cara Gabung Komunitas

Cara Gabung Komunitas

Cari

Hubungi Kami

Nama

Email *

Pesan *