Home Ads

Minggu, 29 Juni 2025

Review Buku Jodoh di Tangan Tuhan, Selebihnya Hasil Lobian, Karya Uswah Syauqie


Judul: Jodoh di Tangan Tuhan, Selebihnya Hasil Lobian

Penulis: Uswah Syauqie

Penerbit: Quanta

Tahun: 2025

Genre: Nonfiksi

Peresensi: Khilma Anis


Baru kali ini baca buku rasanya kayak jagongan langsung sama penulise di sebuah kafe. Asli kayak sedang ngobrol langsung. 


Kenapa? 

Soalnya buku ini isinya anteb, berbobot, bicara lantang tentang keberpihakan pada perempuan, disertai dalil Al-Qur'an dan hadis, bertabur  dawuh dan kisah para ulama, tapi disampaikannya dengan bahasa yang ringan banget. Buanget. Ngalir. Enteng. Enggak ndakik-ndakik bellas. Malah cenderung kocak dan asik. Jadinya mudah banget difahami. 


Judulnya; Jodoh di Tangan Tuhan; Selebihnya Hasil Lobian. Karya sahabatku Ning Uswah Syauqie 


Secara garis besar, buku ini berisi tiga babak besar; pranikah, pernikahan, dan (bagaimana kalau ternyata harus terjadi) perpisahan.


Pra nikahnya, bicara tentang bagaimana menjadi jomblo yang happy tapi terus upgrade diri biar tetap bersinar, ya intelektualnya, ya finansialnya. 


Di sini kita diwanti-wanti sama Ning Uswah untuk jadi perempuan yang mandiri, punya duit sendiri, biar lebih bebas dan secure. Nikah atau tidak, perempuan tetap harus bisa ngurus  hidup sendiri dan harus tetap pegang kendali finansial buat jaga-jaga kalau terjadi sesuatu. 


Wiiiiihh jempoll bangett inii. 


Selain itu, di bab ini kita juga diarahkan bagaimana memilih jodoh yang setara. Yang nyenengkeee. Pernikahan kan konon katanya seperti benteng ya, yang di luar berebut ingin masuk, yang di dalam berebut ingin keluar. 


Makanya Ning Uswah menekankan, pernikahan bukan goal ahir, tapi justru awal dari perjalanan. Mboten usah balapan disik-disikan. Ayo terus memantaskan diri dan bawa bekal yang memadai. 


Di babak pernikahan, Ning Uswah mengingatkan bahwa suami istri semestinya gak cuma saling repot, tapi harus saling support. Intinya harus setara. Sama bungahnya. Ojo gelem kalau diminta hanya membahagiakan pasangan tapi kitanya babak belur makan ati. Harus seimbang. 


Suami istri itu partner, bukan modelan hidup yang satu selalu merasa bisa mengatur, sementara yang satunya merasa harus selalu nurut. Itu namanya njomplang. Kudu podo nyenengkene. 


Setelah menikah, laki laki dan perempuan punya hak yang sama untuk berkembang, baik di bidang pendidikan, pekerjaan, atau aspek lainnya. Tidak boleh karena menikah, salah satu jadi mlempem karena dilarang berkembang oleh pasangan. 


Eman banget kalau setelah menikah malah hilang dari peredaran. 


Ning Uswah juga menjelaskan, kita kita ini sebagai perempuan, kalau mau mengeluh/sambat itu gakpapa asal dengan  porsi yang pas. Itu bisa jadi self care sama kayak journaling, olahraga dan me time. 


Soalnya, jadi perempuan kan gak pernah mudah ya,  bebannya ganda, harus beres pas kerja di luar, sekaligus harus tertata rapi di dalam rumahnya juga. Jadi sambat itu wajar banget asal tidak sampai nyrimpeti orang lain apalagi sampai melukai. 


Banyak banget bab-bab yang menunjukkan  betapa islam sangat membela dan teramat berpihak pada perempuan. Ning Uswah sangat menguasai tema ini. 


Selain apik, buku ini juga penuh kejutan, ujug-ujug ada sejarah kopi sampai ijazah minum kopi biar menyehatkan jasmani ruhani. Ini mesti mergo penulise seneng ngopii. Nek aku seng nulis pasti jadinya sejarah teh dan sejarah es krim. Hehe. 


Ada juga bab bagaimana kalau ternyata kita punya mertua selalu nyalahin. Relate banget sama perasaan banyak orang.


Ada juga judul bab yang cukup provokatif, Suami membela ibunya, aku dibela siapa? Ehh tapi isinya ternyata bukan soal baper-baperan lho. Malah full berisi tips disayang mertua. Bab sesrawungan sehat menantu vs mertua. Lebih tepatnya bagaimana bodoamat dan tetap tatag terhadap segala hantaman dari mertua. Haha


Tambah komplit karena ada rahasia sukses finansial rumah tangga. Jangkep. 


Intinya, buku ini mengingatkan kita bahwa suami istri adalah team work buat sama-sama menjaga sakinah (peace of mind), bertahan dengan mawaddah (love that last), dan menjalani dengan rahmah (deep care) 

Setaraaa


Boso jowone, piye carane rumah tangga iki adem ayem tentrem, saling asah, saling asih, saling asuh, bebarengan bungah selawase. 


Buku ini mengingatkan kita untuk menjadi perempuan yang serupa lakuning lintang, terus cemerlang dan tetap menjadi cahaya petunjuk walaupun di kegelapan; di tengah banyaknya tanggung jawab dan beban sebagai perempuan. 


Buku ini juga membantu kita para perempuan untuk berkilau sejak sebelum masuk dunia pernikahan, dan semakin menyala kilaunya setelah menikah, lalu bersinar terang setelah menjadi ibu, dan bahkan mampu menyinari sekitarnya alias semakin bermanfaat. 


Intinya inti, bagaimana menjadi perempuan yang enggak ada redup-redupnya di seluruh waktu kayak penulisnya. 


Menyalaaa


Karena isinya anteb dan bahasanya mudah difahami, buku cocok dibaca siapa saja, perempuan yang masih menunggu jodohnya datang, yang baru masuk babak baru pernikahan, seng omah-omah wes bertahun tahun, bahkan seng wes meh momong mantu dan meh tompo putu koyo njenengan-njenengan


Kereeenn

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PerempuanMembaca

Semua penulis di sini adalah perempuan yang menyempatkan waktu untuk membaca, budaya yang hampir punah ditelan oleh kesibukan, budaya yang hampir punah tergantikan oleh membaca status sosmed atau berita versi digital. Kami merindukan aroma buku, kami merindukan rehat dan bergelut dengan buku sambi menikmati secangkir teh atau kopi.




Cara Gabung Komunitas

Cara Gabung Komunitas

Cari

Hubungi Kami

Nama

Email *

Pesan *